Flashback. Kou dengan seragam SMP tertunduk lemas di lantai
rumahnya. Air matanya mengalir deras tak tertahankan. Terdengar suara isakan
memilukan. Dia baru saja dari rumah sakit menemani ibunya dan mendapat
kenyataan bahwa ibunya menderita kanker paru-paru yang membuatnya tidak akan
bertahan lama untuk hidup. Kou merasa begitu sedih, putus asa dan juga penuh
penyesalan. Dia merasa putus asa karena hanya sendirian menghadapi kondisi yang
sulit ini. Penyesalan dia rasakan karena dulu terlalu sibuk belajar hingga
tidak pernah punya waktu bersama ibunya. Flashback berakhir.
Hari ini, Futaba dan teman-temannya mengajak Kou ke perpustakaan
untuk belajar bersama. Belum beberapa saat, Kou pamit ke toilet. Futaba dan
teman-temannya heran dengan Kou yang tak pernah kembali. Mereka akhirnya
tersadar kalau Kou kabur dari sana. Ini membuat mereka sedikit kesal. Futaba
juga tidak begitu paham apa yang sebenarnya terjadi pada Kou. Mereka semua
telah menunggunya, tapi Kou tidak mau membuka pintu hatinya. Andai saja Kou
membukanya, maka dia akan menemukan cahaya terang disana. Kou sudah
menyelamatkannya jadi dia juga akan membantu Kou. Dia akan membuka pintu hati
Kou, bahkan jika pintu itu tidak memiliki gagang atau lubang kunci, maka dia
akan mendobraknya.
Futaba berlari penuh keyakinan, mencari di setiap sudut, dimana
sosok pria yang begitu penting baginya. Dia kembali ke teman itu dan berhasil
menemukan Kou disana, duduk dengan para pria yang pernah menggodanya dulu. Kou
kaget dan bertanya kenapa Futaba kembali datang ke tempat itu. Dia lantas
membawa Futaba pergi dari sana. Di pinggiran sungai, Futaba berhenti dan
bertanya kapan Kou akan menghentikan sikapnya ini. Sikap yang menurutnya tidak
akan berguna apa-apa. Kou membenarkan, apa yang dia lakukan memang tidak ada
yang berguna, tapi sia yang akan tau bagaimana perasaanya, bagaimana rasa sakit
yang dia rasakan saat harus melihat ibunya semakin kurus setiap hari seakan
mempersiapkan diri untuk mati. Futaba menatap sendu, dia tau Kou masih belum
bisa bangkit dari masa lalunya.
Futaba mendekat dan menyentuh dadanya. Tak bisakah sesuatu yang
hilang diganti dengan yang lain. Bukankah yang hilang tak harus diganti dengan
hal yang sama. Kita bisa menggantinya dengan hal lain agar rasa sakit dan
kehilangan itu tidak sia-sia. Bahkan, jika itu 10 atau mungkin 100 hal kecil
itu sudah cukup mengganti agar hidup lebih baik. Futaba yakin, Kou berbohong,
Kou bukannya tidak ingin bersikap peduli, tapi Kou hanya takut kehilangan lagi.
Untuk itu, dia benar-benar ingin Kou bangkit seperti apa yang dia lakukan. Kou
hanya terdiam, air matanya mengalir deras dalam pelukan Futaba.
EmoticonEmoticon