Pagi ini, Futaba dan Yuri terlihat sedikit canggung saat bertemu.
Futaba meminta maaf tidak membalas pesan Yuri kemaren karena langsung tertidur
begitu sampai di rumah. Yuri tersenyum lega karena dia berpikir mungkinkah
Futaba marah padanya atau karena Futaba juga menyukai Kou. Futaba dengan cepat
membantah, dia tidak mungkin menyukai pria itu. Yuri semakin lega dan tidak
berhenti tersenyum sepanjang hari. Futaba berpikir Yuri begitu manis saat jatuh
cinta. Dia bertanya soal Kou sepanjang hari padanya, mulai dari makanan hingga
bagaimana sikapnya saat SMP. Futaba ikut senang, sekarang yang hanya perlu dia
lakukan adalah untuk mencegah dirinya sendiri agar tidak sampai jatuh cinta
dengan Kou.
Futaba terlihat baik-baik saja. Tapi sebenarnya dia tidak begitu.
Hari ini dia dan Kou membuat laporan pelatihan kepemimpinan. Mereka hanya
berdua, sehingga Futaba tidak bisa untuk tidak terbawa perasaan. Futaba tampak
memperhatikan Kou yang tengah membuat laporan. Tulang tangan Kou saat menulis,
pundaknya, mata, rambut, hampir semua yang ada di diri Kou membuatnya gugup.
Tapi bagaimana sekarang, dia adalah pria yang disukai oleh sahabatnya.
Mengingat ini membuat Futaba kalut. Tanaka-sensei datang dan meminta Kou untuk
menaruh laporan di ruang guru jika sudah selesai. Kou mengerti.
Tanaka-sensei tersenyum dan bilang kalau Kou itu tidak bermuka
batu. Kou heran, lalu tersadar kalau ada tulisan “si muka batu” di punggungnya,
dia yakin ini adalah kerjaan Kominato. Kou lantas meminta Futaba untuk melepasnya.
Futaba sedikit gugup dan mengambil tempelan itu di punggung Kou. Dia dengan
sempurna bisa melihat tekuk indah Kou. Wajahnya memerah. Kou mengeluh agar
Futaba tidak menciumnya lagi. Futaba kaget apa yang Kou bicarakan. Kou bilang
dia tau Futaba mencium tengkuknya malam itu saat merebahkan kepala di meja dan
juga ketika mereka bersembunyi saat SMP. Wajah Futaba langsung memerah, dia
berteriak dalam hati bagaimana Kou bisa tau dia melakukan itu.
Dia malu, tapi tidak ada jalan lain selain membantah. Kou hanya
memelas kalau laporan mereka mungkin tidak akan pernah selesai jika dia ada
disana. Futaba lagi-lagi kaget dengan sikap Kou yang begitu percaya diri, tapi
entah kenapa sikapnya yang seperti itu membuatnya semakin berdebar. Laporan
mereka akhirnya selesai. Futaba sedikit sedih karena waktunya dengan Kou sudah
habis, andai saja dia bisa berduaan lebih lama dengannya. Futaba lantas
menawarkan diri untuk mengantar laporan itu ke meja guru. Saat pulang, Futaba
kaget melihat Kou masih menunggunya di loker.
Kou mengeluhkan Futaba yang terlihat kaget, padahal dia sendiri
yang ingin mengantar laporan itu yang berarti bahwa dia harus menunggunya
pulang. Futaba kaget dan membantah, dia ingin mengantar laporan itu agar Kou
bisa pulang duluan. Kou tidak peduli dan mengajaknya segera pulang karena merea
menaiki kereta yang sama. Futaba hanya mampu mendengus dalam hati karena
lagi-lagi Kou tau apa yang dia pikirkan. Sebenarnya dia memang sengaja
melakukan itu agar bisa pulang bersama Kou, karena jika Kou yang mengantar
laporan itu tidak mungkin dia Kou pulang. Ini gawat, dia sudah benar-benar
jatuh cinta dengan pria ini.
Mereka tampak berlari karena kereta akan segera berangkat. Futaba
terus memikirkan perasaannya dalam hati dan perlu memutuskannya sekarang juga.
Kou tampak lega berhasil masuk ke kereta, tapi Futaba tidak masuk dan justru
terdiam di depannya. Futaba dengan muram bilang kalau dia melupakan sesuatu.
Kou kaget mendengarnya. Futaba menunduk dan bergumam sendiri. Dia telah
mengambil keputusan. Jika Kou keluar, maka dia tidak akan menyerah dan akan
mencintainya. Tapi jika Kou tidak keluar, maka dia akan menyerah. Pintu kereta
ditutup dan bergerak perlahan hingga akhirnya tidak terlihat lagi.
EmoticonEmoticon