Seorang pria berumur 29 tahun bernama Satoru Fujinuma
tampak diam dan mencoba memahami kata-kata yang keluar dari mulut seorang pria
di depannya. Pria itu mengatakan bahwa Satoru perlu menggali lebih dalam agar
karyanya bisa lebih bagus dan pembaca bisa melihat dirinya dalam karyanya. Dan,
umurnya yang dibilang sudah tidak lagi muda itu menjadi faktor mengganjal untuk
diterima di majalah mereka.
Boku Dake ga Inai Machi |
Ia tak menampik itu
semua. Benar, ia terkadang sedikit kecewa dengan dirinya sendiri kenapa ia
tidak melakukannya dari dulu.
Aku
takut untuk menyentuh isi hatiku.
Satoru bersiap untuk mengantarkan pesanan pizza.
Ketika ia hendak pergi, seorang gadis yang bekerja satu tempat dengannya bernama
Airi mengatakan, “Fujinuma-san, pizza nya jangan dimakan di tengah jalan,ya.”
Setelah itu ia tersenyum dan pergi dari hadapan Satoru.
Boku Dake ga Inai Machi |
Ia tidak paham dengan gadis itu dan leluconnya. Dia
adalah gadis yang aneh, Setiap kali gadis itu bertemu dengannya, pasti dia akan
mengatakan hal yang sama.
Dalam perjalanan mengantar Pizza, Satoru melihat
anak kecil yang hendak menyebarang jalan, dan ibu-ibu yang tengah berbelanja di
sebuah toko. Bukan hal yang aneh. Namun, kejadian itu datang lagi. Tiba-tiba ia
berada di waktu 5 menit yang lalu. Ia kembali melihat anak kecil itu dan jug
para ibu-ibu yang berbelanja. “Tidak salah lagi. Hal ini terjadi lagi.”
Cecarnya dalam hati.
Matanya kemudian dengan jeli melihat ke
sekelilingnya. “Dimana?” ia terus memperhatikan orang-orang disekelilingnya.
“Apa yang kelihatan ganjil?”
Akhirnya ia menemukan apa yang ganjil. Seorang pria
setengah baya tampak ketiduran saat menyetir, sementara tidak jauh di depannya,
anak tadi hendak menyeberang. Satoru memutar balik mobil mininya dan mengejar
mobil itu.
Boku Dake ga Inai Machi |
Ia berusaha membangunkan orang di dalamnya, namun
pria itu masih tampak tidur atau mungkin saja mabuk. Ia menceloteh sendiri dan
mengatakan ia tak seharusnya ikut campur, tapi anak itu…
Ia menjangkau tangannya hingga mobil berpindah
haluan dan tidak jadi menabrak anak kecil itu. Sayangnya, belum sempat dia
bernapas lega, sebuah mobil berwarna merah tampak menghadangnya dari depan.
Semuanya gelap.
Apa ini? Kilas
balik kehidupanku ya. Tuh, kan. Tidak ada untungnya mencampuri urusan orang
asing. Tapi tak apalah. Aku matipun tak akan menjadi masalah.
Satoru terbangun dan ia mendapati dirinya tengah
tidur di atas kasur rumah sakit dengan kondisi yang penuh perban dan infus. Airi
tampak duduk disampingnya.
Airi mengatakan bahwa ia melihat kejadian itu. Ia mengatakan kalau dulu ia beranggapan bahwa Satoru adalah orang yang tertutup dan tidak pernah senyum, namun saat ini ia melihat sisi lain dari Satoru yaitu baik hati karena menolong anak kecil.
Airi mengatakan bahwa ia melihat kejadian itu. Ia mengatakan kalau dulu ia beranggapan bahwa Satoru adalah orang yang tertutup dan tidak pernah senyum, namun saat ini ia melihat sisi lain dari Satoru yaitu baik hati karena menolong anak kecil.
Airi juga mengatakan pesan dari manager kalau
Fujinuma tidak perlu memikirkan kerusakan mobil mini kantor ataupun mobil yang
ditabrak. Mendengar itu, Satoru merasa senang karena tidak lucu jika akhirnya
ia harus menanggung semua biaya kerusakan itu.
Satoru bertanya apa sebenarnya alasan Airi mau
bekerja di restoran Pizza itu. Gadis itu menjawab kalau alasannya adalah karena
ia punya mimpi. Namun, Satoru tak menanyakan lebih lanjut apa mimpinya.
“Hei.., saat kau menceritakan mimpimu kepada orang
lain, apa kau tidak pernah berpikir seperti “bagaimana kalau mimpiku tidak jadi
nyata?”
“Aku tak menganggap mimpiku sebagai hal yang
memalukan. Kurasa, jika kata terus-menerus mengatakannya, mungkin suatu saat
akan menjadi kenyataan.”
Satoru kaget mendengar pernyataan penuh bijaksana
dari gadis itu. Ia merasa kalau kata-kata Airi barusan sangat akrab di
benaknya.
Gadis aneh. Bisik Satoru dalam hati begitu gadis itu
menutup pintu.***
Aku menyebut
fenomena itu sebagai “Revival”. Meski aku tau itu tidak bermanfaat bagiku, tapi
aku tetap saja terlibat. Biasanya, aku kembali ke satu, atau lima menit, dimana
semuanya terlihat sama seperti sebelumnya. Fenomena itu selalu muncul tepat
sebelum ada hal buruk terjadi. Aku mencari sesuatu yang ganjil. Seperti ada
orang yang menyuruhku dengan perintah, “Cegah itu!” Sebagai hasilnya, aku bisa
mencegah masalah terjadi. Namun, kadangkala aku yang dapat dampak negatifnya.
Satoru diperbolehkan pulang. Sesampainya di rumah,
ia kaget melihat ibunya tengah memasak untuknya. Ibunya mengatakan kalau ia
pergi ke rumah sakit, namun karena Satoru belum bangun juga, akhirnya ia
memutuskan untuk pulang dan memasakkan makanan. Ia juga berencana untuk nginap
dan merawat Satoru.
Boku Dake ga Inai Machi |
Satoru memprotes dan memberi saran agar sebaiknya
ibunya nginap di hotel saja, lagian dia juga sudah sembuh. Ia juga mengatakan
akan membayar uang rumah sakit, tapi ibunya menolak dan mengatakan untuk
menjadikan uang itu sebagai uang sewa karena ia menginap di rumah Satoru. Satoru
tidak bisa apa-apa karena ibunya sedikit keras kepala. Usia ibunya sudah mencapai
52 tahun, namun yang membuatnya heran adalah ibunya tidak pernah berubah. Ia
juga tampak masih muda.
Saat aku kelas 5
SD. Penculikan.., dua teman sekelasku menghilang. Saat aku kecil dulu, seorang
paman bernama Yuuki-san sering bermain dengan ku. Nama aslinya bukan Yuuki,
tapi itu adalah sebutanku untuknya. Enam bulan setelah insiden anak hilang itu,
Jun Shiratori ditangkap sebagai penculik dan pembunuh berantai. Dia adalah
Yuuki-san.
Boku Dake ga Inai Machi |
Siang itu, saat ia selesai belanja dengan ibunya di
supermarket, Satoru kembali mengalami kejadian yang ia anggap sebagai revival, dimana ia kembali ke satu atau
lima menit yang lalu. Ia berusaha
mencari yang ganjil dan bahkan meminta ibunya untuk membantu melihat
sekelilingnya, namun tidak apa-apa.
Hanya saja, ibunya sempat melihat seorang
lelaki membawa anak kecil, kemudian meninggalkan anak kecil itu dengan sebuah
es krim. Ia memasuki mobil dan lewat di depan Satoru. Untuk berjaga-jaga,
ibunya sempat memfoto bagian belakang mobil tersebut.
Boku Dake ga Inai Machi |
Kebetulan, Satoru dan Ibunya melihat Airi pulang
sekolah SMA. Ibunya pun mengajak Airi untuk ikut makan malam bersama mereka
karena ia akan masak kari malam ini. Airipun setuju. Sepulangnya Airi, ibu Satoru
mengatakan kalau mereka adalah pasangan yang cocok. Satoru memprotes dan
mengatakan kalau mereka hanyalah teman satu tempat kerja. Ibunya juga memprotes,
jika Satoru mau, sebenarnya Satoru bisa mengajak Airi pacaran.
Boku Dake ga Inai Machi |
“Satoru.., mengenai siang tadi di parkiran
supermarket..” ibu Fujinuma tampak serius sambil menghisap sebatang rokok.
“Emang kenapa?”
“Kasus penculikan yang dulu terjadi sebenarnya belum
terpecahkan.”
“Aku bercanda kok.” Balas ibunya yang membuat Satoru
semakin kesal.
Berbicara masalah kasus penculikan tersebut, Satoru
kembali teringat dengan Hinazuki. Dia adalah salah satu temannya yang hilang
saat kelas 5 SD tersebut.
Malam itu, Satoru kecil melihat Hinazuki sendirian
ditaman. Ia hendak mengajaknya untuk pulang bersama, namun ia mengurungkan
niatnya karena mereka tidak begitu dekat. Dan, itu menjadi malam terakhir ia
melihat Hinazuki. Ia merasa menyesal karena jika seandainya ia mengajak Hinazuki
untuk pulang bersama, maka semua itu tidak akan terjadi.
Itu adalah
sesuatu yang paling ingin aku lupakan. Ibu benar-benar mencoba untuk membuatku
melupakan itu dari ingatanku.
Di lain sisi, ibu Satoru tampak masih memikirkan
kejadian yang ia lihat di parkiran supermarket tadi siang. Ia curiga dengan
lelaki yang membawa anak itu. Ia sempat mencek WA mobil itu dan ternyata itu
adalah mobil rental-an.
Itu memang sebuah upaya penculikan. Apa dia
mengurungkan niatnya karena dia melihatku? Dia menyembunyikan wajahnya saat
berpapasan. Dia mengenaliku.” Ibu Satoru tampak terus berpikir sambil memilih
sayuran di supermarket. Ia merasa mengenali lelaki yang menurutnya hendak
melakukan upaya penculikan itu, tapi dimana persisnya?
Akhirnya dia menyadari kalau pria itu adalah
benar-benar pembunuh, sesuai dugaannya. “Tapi, mungkin saja bukan Shiratori.” Pikirnya tidak begitu yakin.
Boku Dake ga Inai Machi |
Ia terus memikirkannya sampai rumah. Kasus yang
terjadi 18 tahun lalu itu itu belum ditutup. Ia berencana hendak mengatakan
kepada Satoru nanti. Tiba-tiba seorang lelaki dengan setelan jas dan topi menusuk perut ibu Satoru dengan keras
hingga Ibu Satoru jatuh kelantai dengan berlinangan darah. Dengan samar-samar
ia melihat ke arah lelaki itu.
“Aku memang benar. Harus ..memanggil Satoru. Bilang
padanya untuk tidak pulang dan meminta maaf padanya.” Bisiknya lirih. Ia
kembali mengingat betapa Satoru berusaha meyakinkan kalau pelakunya bukan
Yuuki-san. Bukan Shiratori. “Aku
seharusnya percaya kepadanya dulu.”cecarnya lagi.
Ia hendak menjangkau handphone yang ada di atas meja dengan
tangannya yang penuh darah. Tapi semuanya seakan percuma. Dia tak sanggup lagi melakukannya.
“Satoru, maaf ya.” Ucapnya untuk yang terakhir kali.
Boku Dake ga Inai Machi |
Satoru sangat kaget begitu melihat ibunya yang
tergeletak di lantai dengan dipenuhi darah. Ia semakin kaget begitu pisau
terbenam kuat di perut ibunya. Tiba-tiba, disaat seperti itu, seorang tetangga
datang hendak memberikan makanan.
Tetangga itu langsung kaget dan menuduh
Satoru sebagai pembunuh ibunya. Satoru di kejar polisi. Ia terus berlari dan
teringat dengan lelaki dengan setelan jas yang ia temui saat hendak menuju
rumah. Mungkinkah pria itu yang melakukan semuanya?
Tiba-tiba saja semuanya gelap.
Ia membuka mata, dan mendapati dirinya tengah berada
di tahun 1988. Saat dimana ia berusia 5 tahun dan masih Sekolah Dasar.
EmoticonEmoticon