Seperti yang diceritakan sebelumnya, kini Satoru
kembali ke masa dimana ia masih menginjak sekolah dasar. Ia bingung, apakah ini
kejadian revival lagi seperti yang
sering dia alami atau tidak. Karena, biasanya ia kembali ke 1 atau 5 menit
sebelumnya, namun kali ini ia justru kembali ke masa 18 tahun yang silam.
Meski begitu, ia percaya bahwa kejadian ini merupakan kesempatan yang besar untuk merubah masa depan, terutama masa depan sahabatnya, Hinazuki dan juga ibunya yang diketahui sudah meninggal karena dibunuh. Hm, langsung saja ya, berikut sinopsis untuk episode 2.
Meski begitu, ia percaya bahwa kejadian ini merupakan kesempatan yang besar untuk merubah masa depan, terutama masa depan sahabatnya, Hinazuki dan juga ibunya yang diketahui sudah meninggal karena dibunuh. Hm, langsung saja ya, berikut sinopsis untuk episode 2.
Boku Dake ga Inai Machi |
Ia memilih sebuah
bangku kosong namun tiba-tiba temannya mengatakan kalau itu adalah bangku
Hinazuki. Semua murid mengatakan kalau Satoru adalah orang aneh karena dia lupa
letak bangkunya sendiri.
Saat jam istirahat, Satoru mengambil tasnya dan
beranjak pergi.
“Satoru, ada apa?” tanya seorang temannya.
“Aku sakit kepala, jadi aku akan ke UKS.” Jawabnya.
Satoru kemudian pergi meninggalkan
sekolah itu.
Apa yang
sebenarnya terjadi? Apa ini pengulangan?
Kenapa bisa seperti ini? Aku tidak mengerti.
Satorupun pergi ke rumahnya dan mencari kunci di
bawah kotak karena dulu di jam segini ibunya masih bekerja. Ia langsung
tersenyum begitu masuk ke rumah dimana ia tinggal 18 tahun yang lalu. Ia bisa
melihat semuanya dengan jelas. Fotonya bersama ibunya terpampang di figura atas
meja dan juga topeng favoritnya. Beberapa lama setelah itu, ibunya datang dan
Satoru menatapnya dengan perasaan bahagia. Ia tidak menyangka bisa kembali
melihat senyum ibunya sementara beberapa waktu yang lalu ia mendapati ibunya
meninggal.
“Ibu.” Ucapnya.
“Ibu?” jawab ibunya.
“Aku bilang, ibu.” Sambung Satoru dengan ekpresi
bahagia.
Ibu Satoru mengatakan kalau sikap Satoru aneh karena
tidak biasanya Satoru bersikap seperti itu.
Saat makan, ibu Satoru juga bilang kalau tadi pagi Satoru marah lantaran
tidak dibelikan Seruling namun sekarang sikap Satoru biasa saja mungkin karena
sudah melupakannya.
Boku Dake ga Inai Machi |
“Maaf bu.” Ucap Satoru. Air matanya berlinangan.
“Tidak usah nangis seperti itu.” Cecar ibu Satoru
dengan senyuman penuh kasih sayang.
Ternyata kami
memiliki saat-saat seperti ini. Apa aku sudah melupakannya? Tidak. Aku hanya
tidak menyadarinya saja. Momen ini hilang tanpa aku menyadarinya.
Ternyata ini
memang pengulangan.Ini adalah kesempatanku. Dan, kali ini aku tidak akan memuat
kesalahan lagi. ……dengan
kata lain, apakah ini awal mula aku menyelamatkan ibu?Tapi kenapa ke tahun ini?
Tidak ada yang aneh di tahun ini.
Boku Dake ga Inai Machi |
Saat berangkat sekolah, Satoru melihat Hinazuki
Kayo, temannya yang menjadi salah satu korban penculikan. Saat belajar, Satoru
terus memperhatikan Hinazuki. Ia sempat melihat ada luka memar di kaki gadis itu.
Jam istirahatpun tiba. Satoru berkumpul bersama
teman-temannya. Salah satu temannya mengatakan apakah Satoru menyukai Hinazuki
karena Satoru selalu memperhatikan Hinazuki saat belajar. Awalnya Satoru
berusaha membantah, tapi kemudian ia terpaksa membenarkan karena dengan begitu
berarti ia bisa lebih dekat dengan Hinazuki dan mendapat kesempatan untuk
menyelamatkan Hinazuki dan juga ibunya.
Dengan bantuan teman-temannya, sepulang sekolah
Satoru berhasil bertemu dengan Hinazuki. Awalnya Satoru bersikap seperti orang
dewasa, namun akhirnya dia sadar dan kembali bersikap normal seperti halnya
anak kecil. “Kupikir kita bisa menjadi teman. Lagipula, rumah kita berada di
arah yang sama.”
Boku Dake ga Inai Machi |
Bocah ini menyebalkan sekali. Bisik Satoru dalam
hati.
“Tapi aku sama-sama mengerti. Itu karena kau dan aku
sama-sama palsu.” Sambung gadis berbaju merah itu.
Itu karena kau dan aku sama-sama palsu. Apa
maksudnya? Satoru terus berpikir tentang kalimat yang diucapkan gadis itu
barusan.
Gadis itu kemudian pergi. Satoru dengan cepat
memanggilnya dan mengatakan apakah dia mau menjadi temannya.
“Teman?” Hinazuki berhenti. “Kalau begitu, maukah
kau membunuh seseorang demi aku?”
ucapnya, kemudian ia pergi begitu saja dari hadapan Satoru.
Sesuatu telah
terjadi pada Hinazuki bahkan sebelum dia dibunuh. Kalau aku tidak segera
mengetahuinya, mungkin …..Satoru memandang bagian memar
pada kaki gadis itu.
Hingga saat itu, keinginan Satoru untuk mencegah
kejadian-kejadian buruk itu terjadi semakin kuat. Ia berusaha bersikap layaknya
anak kecil agar bisa berbaur dengan banyak orang meskipun ia sedikit kesal
menghadapi anak-anak sekolah dasar itu. Hanya saja, Satoru beranggapan kalau
Hinazuki mungkin mengetahuinya karena mengingat ucapan Hinazuki kemaren-
tentang- kau dan aku sama-sama palsu.
Sepulang sekolah, Satoru memanggil Kenya. Dia adalah
salah satu temannya yang pintar di kelas. Ia berterimakasih karena sudah
membantu nya di kelas.
“Ngomong-ngomong Satoru..apa belakangan ini kau…”
Boku Dake ga Inai Machi |
Satoru tidak bisa mendengar sambungan dari kalimat
yang dikatakan Kenya karena saat itu ada mobil lewat.
“……membaca kumpulan karangan?” Kenya mengakhiri.
Dengan masih agak bingung apa yang dimaksud Kenya,
Satoru mengatakan kalau ia belum membacanya. Kenya menyarankan agar Satoru
membacanya jika ia memiliki waktu luang.
Sesampainya di rumah, Satoru membuka sebuah buku
kumpulan karangan kelas 5 dan 6 SD. Ia berpikir mungkin membaca buku ini yang
dimaksud oleh Kenya. Karangan Hinazuki. Ia membaca seksama karangan singkat
yang dibuat oleh Hinazuki. Disana Hinazuki menceritakan bahwa setelah dia
dewasa, ia ingin tinggal sendiri di sebuah pulau yang jauh sejauh mungkin. Tanpa ibunya, tanpa teman-temannya. Hanya dia
sendiri. Ia ingin pergi ke pulau yang tak ada hal menyakitkan ataupun
kesedihan.
Boku Dake ga Inai Machi |
Setelah membaca karangan Hinazuki, Satoru bisa
menyimpulkan bahwa dalam karangan tersebut, Hinazuki seakan ingin berteriak
minta tolong. Ia juga beranggapan bahwa sepertinya Kenya tau kalau
ketertarikannya kepada Hinazuki bukan lantaran suka, namun perasaan khawatir
dengan nasib dan kejahatan yang hendak menimpanya.
Satoru kemudian cepat-cepat menyimpan karangan itu
kembali begitu mendengar ibunya pulang.
Malam, itu ia menikmati kebersamaan makan malam bersama ibunya.
Kebersamaan yang selama ini ia lupakan.
Beberapa hari lagi, Satoru hendak mengadakan pesta
ulang tahun. Ia menjadikan kesempatan ini untuk lebih dengan dengan Hinazuki
yaitu dengan cara mengundangnya. Malam itu, ia tidak langsung pulang, namun
pergi ke sebuah taman dimana biasanya Hinazuki selalu disana sendirian.
Kemungkinan ibunya suka bertindak kasar dan itulah yang membuatnya tidak ingin
pulang.
“Hinazuki!” teriak Satoru begitu melihat gadis itu
tengah berdiri sendirian di taman yang dipenuhi salju.
“Fujinuma, apa yang kau lakukan disini?”
“Sudah ku bilang, aku ingin berteman denganmu.”
Ungkap Satoru. “ Meskipun aku tidak bisa membunuh seseorang.”
Boku Dake ga Inai Machi |
“Tentu saja itu hanya bercanda.” Balas Hinazuki.
Satoru kaget. Dia tipe orang yang sulit kuatasi.
Bisiknya.
Hinazuki mengatakan kalau Satoru hanya berpura-pura.
Berpura-pura tersenyum. Berpura-pura baik. Berpura-pura khawatir. Satoru
membenarkan. Satoru mengatakan kalau semua itu ia lakukan agar ia memiliki
banyak teman.
“Saat aku berpura-pura, aku merasa suatu hari nanti
, kepura-puraanku menjadi nyata.”
Satoru kaget mendengar kalimat yang dikatakan
Hinazuki barusan. Kata-kata itu sama dengan yang dikatakan Airi saat di rumah
sakit. Jadi, karena inilah kata-kata Airi
terasa sangat ku kenal.
Malam itu, Satoru memberikan undangan kepada
Hinazuki dan memintanya untuk datang. Awalnya Hinazuki agak ragu tapi kemudian
ia mengiyakan.
“Fujinuma, apa tanganmu tidak kedinginan?” tanya
Hinazuki begitu melihat Satoru tidak memakai sarung tangan. Hinazukipun menaruh
telapak tangannya di atas telapak tangan Satoru.
Boku Dake ga Inai Machi |
Wajah Satoru memerah. Hei, kau itu sudah 29 tahun. Sadar dirilah! Untuk apa kau malu-malu? Bisiknya pada dirinya sendiri.
Saat Hinazuki pergi, Sotoru memandangi taman yang
gelap dan hanya diterangi oleh satu lampu itu.
Ini adalah
tempat terakhir aku melihat Hinazuki 18 tahun yang lalu. Tubuhnya ditemukan
setelah salju meleleh. Mati. Takkan kubiarkan Hinazuki sendirian di taman ini.
Aku, ingin merubah masa depan!
EmoticonEmoticon