Friday, 16 September 2016

Sinopsis Boku Dake ga Inai Machi Episode 2


Seperti yang diceritakan sebelumnya, kini Satoru kembali ke masa dimana ia masih menginjak sekolah dasar. Ia bingung, apakah ini kejadian revival lagi seperti yang sering dia alami atau tidak. Karena, biasanya ia kembali ke 1 atau 5 menit sebelumnya, namun kali ini ia justru kembali ke masa 18 tahun yang silam.

Meski begitu, ia percaya bahwa kejadian ini merupakan kesempatan yang besar untuk merubah masa depan, terutama masa depan sahabatnya, Hinazuki dan juga ibunya yang diketahui sudah meninggal karena dibunuh. Hm, langsung saja ya, berikut sinopsis untuk episode 2.
Dalam kondisi yang masih bingung dan kaget, Satoru berusaha untuk bersikap normal. Ia melihat tanggal di papan tulis. 15 Februari 1988. Tiba-tiba gurunya masuk dan menyuruhnya untuk duduk dan siap belajar. Hanya saja, ia bingung mana sebenarnya tempat duduknya?
Boku Dake ga Inai Machi
Ia memilih sebuah bangku kosong namun tiba-tiba temannya mengatakan kalau itu adalah bangku Hinazuki. Semua murid mengatakan kalau Satoru adalah orang aneh karena dia lupa letak bangkunya sendiri.
Saat jam istirahat, Satoru mengambil tasnya dan beranjak pergi.
“Satoru, ada apa?” tanya seorang temannya. 
“Aku sakit kepala, jadi aku akan ke UKS.” Jawabnya. Satoru kemudian pergi meninggalkan  sekolah itu.
Apa yang sebenarnya terjadi?  Apa ini pengulangan? Kenapa bisa seperti ini? Aku tidak mengerti.
Satorupun pergi ke rumahnya dan mencari kunci di bawah kotak karena dulu di jam segini ibunya masih bekerja. Ia langsung tersenyum begitu masuk ke rumah dimana ia tinggal 18 tahun yang lalu. Ia bisa melihat semuanya dengan jelas. Fotonya bersama ibunya terpampang di figura atas meja dan juga topeng favoritnya. Beberapa lama setelah itu, ibunya datang dan Satoru menatapnya dengan perasaan bahagia. Ia tidak menyangka bisa kembali melihat senyum ibunya sementara beberapa waktu yang lalu ia mendapati ibunya meninggal.
“Ibu.” Ucapnya.
“Ibu?” jawab ibunya.
“Aku bilang, ibu.” Sambung Satoru dengan ekpresi bahagia.
Ibu Satoru mengatakan kalau sikap Satoru aneh karena tidak biasanya Satoru bersikap seperti itu.  Saat makan, ibu Satoru juga bilang kalau tadi pagi Satoru marah lantaran tidak dibelikan Seruling namun sekarang sikap Satoru biasa saja mungkin karena sudah melupakannya.
Boku Dake ga Inai Machi
“Maaf bu.” Ucap Satoru. Air matanya berlinangan.
“Tidak usah nangis seperti itu.” Cecar ibu Satoru dengan senyuman penuh kasih sayang.
Ternyata kami memiliki saat-saat seperti ini. Apa aku sudah melupakannya? Tidak. Aku hanya tidak menyadarinya saja. Momen ini hilang tanpa aku menyadarinya.
Ternyata ini memang pengulangan.Ini adalah kesempatanku. Dan, kali ini aku tidak akan memuat kesalahan lagi. ……dengan kata lain, apakah ini awal mula aku menyelamatkan ibu?Tapi kenapa ke tahun ini? Tidak ada yang aneh di tahun ini.
Boku Dake ga Inai Machi
Saat berangkat sekolah, Satoru melihat Hinazuki Kayo, temannya yang menjadi salah satu korban penculikan. Saat belajar, Satoru terus memperhatikan Hinazuki. Ia sempat melihat ada luka memar di kaki gadis itu.
Jam istirahatpun tiba. Satoru berkumpul bersama teman-temannya. Salah satu temannya mengatakan apakah Satoru menyukai Hinazuki karena Satoru selalu memperhatikan Hinazuki saat belajar. Awalnya Satoru berusaha membantah, tapi kemudian ia terpaksa membenarkan karena dengan begitu berarti ia bisa lebih dekat dengan Hinazuki dan mendapat kesempatan untuk menyelamatkan Hinazuki dan juga ibunya.
Dengan bantuan teman-temannya, sepulang sekolah Satoru berhasil bertemu dengan Hinazuki. Awalnya Satoru bersikap seperti orang dewasa, namun akhirnya dia sadar dan kembali bersikap normal seperti halnya anak kecil. “Kupikir kita bisa menjadi teman. Lagipula, rumah kita berada di arah yang sama.”
Boku Dake ga Inai Machi
 “Apa yang membuatmu berpikir kalo kau bisa menjadi temanku?”
Bocah ini menyebalkan sekali. Bisik Satoru dalam hati.
“Tapi aku sama-sama mengerti. Itu karena kau dan aku sama-sama palsu.” Sambung gadis berbaju merah itu.
Itu karena kau dan aku sama-sama palsu. Apa maksudnya? Satoru terus berpikir tentang kalimat yang diucapkan gadis itu barusan.
Gadis itu kemudian pergi. Satoru dengan cepat memanggilnya dan mengatakan apakah dia mau menjadi temannya.
“Teman?” Hinazuki berhenti. “Kalau begitu, maukah kau membunuh seseorang demi aku?”  ucapnya, kemudian ia pergi begitu saja dari hadapan Satoru.
Sesuatu telah terjadi pada Hinazuki bahkan sebelum dia dibunuh. Kalau aku tidak segera mengetahuinya, mungkin …..Satoru memandang bagian memar pada kaki gadis itu.
Hingga saat itu, keinginan Satoru untuk mencegah kejadian-kejadian buruk itu terjadi semakin kuat. Ia berusaha bersikap layaknya anak kecil agar bisa berbaur dengan banyak orang meskipun ia sedikit kesal menghadapi anak-anak sekolah dasar itu. Hanya saja, Satoru beranggapan kalau Hinazuki mungkin mengetahuinya karena mengingat ucapan Hinazuki kemaren- tentang- kau dan aku sama-sama palsu
Sepulang sekolah, Satoru memanggil Kenya. Dia adalah salah satu temannya yang pintar di kelas. Ia berterimakasih karena sudah membantu nya di kelas.
“Ngomong-ngomong Satoru..apa belakangan ini kau…”
Boku Dake ga Inai Machi
Satoru tidak bisa mendengar sambungan dari kalimat yang dikatakan Kenya karena saat itu ada mobil lewat.
“……membaca kumpulan karangan?” Kenya mengakhiri.
Dengan masih agak bingung apa yang dimaksud Kenya, Satoru mengatakan kalau ia belum membacanya. Kenya menyarankan agar Satoru membacanya jika ia memiliki waktu luang.
Sesampainya di rumah, Satoru membuka sebuah buku kumpulan karangan kelas 5 dan 6 SD. Ia berpikir mungkin membaca buku ini yang dimaksud oleh Kenya. Karangan Hinazuki. Ia membaca seksama karangan singkat yang dibuat oleh Hinazuki. Disana Hinazuki menceritakan bahwa setelah dia dewasa, ia ingin tinggal sendiri di sebuah pulau yang jauh sejauh mungkin.  Tanpa ibunya, tanpa teman-temannya. Hanya dia sendiri. Ia ingin pergi ke pulau yang tak ada hal menyakitkan ataupun kesedihan. 
Boku Dake ga Inai Machi

Setelah membaca karangan Hinazuki, Satoru bisa menyimpulkan bahwa dalam karangan tersebut, Hinazuki seakan ingin berteriak minta tolong. Ia juga beranggapan bahwa sepertinya Kenya tau kalau ketertarikannya kepada Hinazuki bukan lantaran suka, namun perasaan khawatir dengan nasib dan kejahatan yang hendak menimpanya.
Satoru kemudian cepat-cepat menyimpan karangan itu kembali begitu mendengar ibunya pulang.  Malam, itu ia menikmati kebersamaan makan malam bersama ibunya. Kebersamaan yang selama ini ia lupakan.
Beberapa hari lagi, Satoru hendak mengadakan pesta ulang tahun. Ia menjadikan kesempatan ini untuk lebih dengan dengan Hinazuki yaitu dengan cara mengundangnya. Malam itu, ia tidak langsung pulang, namun pergi ke sebuah taman dimana biasanya Hinazuki selalu disana sendirian. Kemungkinan ibunya suka bertindak kasar dan itulah yang membuatnya tidak ingin pulang.
“Hinazuki!” teriak Satoru begitu melihat gadis itu tengah berdiri sendirian di taman yang dipenuhi salju.
“Fujinuma, apa yang kau lakukan disini?”
 “Sudah ku bilang, aku ingin berteman denganmu.” Ungkap Satoru. “ Meskipun aku tidak bisa membunuh seseorang.”
Boku Dake ga Inai Machi
“Tentu saja itu hanya bercanda.” Balas Hinazuki.
Satoru kaget. Dia tipe orang yang sulit kuatasi. Bisiknya.
Hinazuki mengatakan kalau Satoru hanya berpura-pura. Berpura-pura tersenyum. Berpura-pura baik. Berpura-pura khawatir. Satoru membenarkan. Satoru mengatakan kalau semua itu ia lakukan agar ia memiliki banyak teman.
“Saat aku berpura-pura, aku merasa suatu hari nanti , kepura-puraanku menjadi nyata.”
Satoru kaget mendengar kalimat yang dikatakan Hinazuki barusan. Kata-kata itu sama dengan yang dikatakan Airi saat di rumah sakit. Jadi, karena inilah kata-kata Airi terasa sangat ku kenal.
Malam itu, Satoru memberikan undangan kepada Hinazuki dan memintanya untuk datang. Awalnya Hinazuki agak ragu tapi kemudian ia mengiyakan.
“Fujinuma, apa tanganmu tidak kedinginan?” tanya Hinazuki begitu melihat Satoru tidak memakai sarung tangan. Hinazukipun menaruh telapak tangannya di atas telapak tangan Satoru.
Boku Dake ga Inai Machi
Wajah Satoru memerah. Hei, kau itu sudah 29 tahun. Sadar dirilah! Untuk apa kau malu-malu? Bisiknya pada dirinya sendiri.
Saat Hinazuki pergi, Sotoru memandangi taman yang gelap dan hanya diterangi oleh satu lampu itu. 
Ini adalah tempat terakhir aku melihat Hinazuki 18 tahun yang lalu. Tubuhnya ditemukan setelah salju meleleh. Mati. Takkan kubiarkan Hinazuki sendirian di taman ini. Aku, ingin merubah masa depan!




EmoticonEmoticon