Monday, 17 April 2023

Survival Family, Bagaimana Sebuah Keluarga Bertahan Hidup Tanpa Listrik


Karakter/Pemain

Fumiyo Kohinata (Yoshiyuki Suzuki)

Pecinta film maupun dorama Jepang pasti sudah tidak asing dengan pria setengah baya ini karena memang Fumiyo Kohinata telah banyak berakting di berbagai judul film dan dorama Jepang. Di Survival Family, Fumiyo mengambil karakter sebagai Yoshiyuki Suzuki yang merupakan seorang kepala keluarga.  Kalau dilihat-lihat memang kebanyakan aktingnya adalah sebagai seorang ayah.

Saya juga baru tau kalau beliau juga bermain di Swing Girl sebagai Yasumi Suzuki yang merupakan ayahnya si Tomoko. Lalu di film Haruko’s Paranormal Laboratory, Fumiyo Kohinata juga mengambil peran sebagai ayah dari Haruko. Ada banyak lagi judul lain yang pernah dimainkannya. Jika kamu penasaran, bisa langsung cari biografinya di Google.

Eri Fukatsu (Mitsue Suzuki)

Berikutnya ada karakter Mitsue Suzuki yang merupakan istri dari Yoshiyuki Suzuki. Karakter ini dimainkan oleh Eri Fukatsu yang telah memulai karirnya di dunia perfilman sejak tahun 1988. Beliau hampir membintangi satu judul film atau acara televisi setiap tahunnya. Namun, sejak tahun 2017 setelah Survival family ini, Eri Fukatsu tampaknya tidak lagi aktif di dunia film, jadi mungkin ada banyak diantara kamu yang tidak pernah melihatnya di film atau dorama Jepang terbaru.

Yuki Izumisawa (Kenji Suzuki)  

Kenji adalah anak laki-laki dalam keluarga Suzuki yang telah menginjak bangku kuliah. Karakter ini diperankan oleh Yuki Izumisawa, seorang aktor tampan muda kelahiran 1993 di Jepang. Karirnya dimulai ketika dia mendapatkan peran dalam sebuah drama keluarga berjudul Unmarried Family di tahun 2001 silam. Hingga kini Yuki bisa dibilang masih aktif dalam dunia film dan drama Jepang. Terbaru, Yuki mengambil peran dalam drama komedi Dear Detective: From Rampo With Love dan film In Love and Deep Water yang rilis tahun 2023 ini.

Wakana Aoi (Yui Suzuki)

Wakana Aoi juga mengambil peran dalam survival Family sebagai Yui yang merupakan anak perempuan di keluarga Suzuki. Yui adalah anak SMA dengan karakter suka mengeluh dan sedikit manja namun kejadian mengerikan membuatnya semakin mandiri dan memahami betapa pentingnya keluarga di hidupnya. Dibandingkan film, Wakana Aoi sebenarnya lebih banyak mengambil peran di serial drama Jepang. Mungkin ada diantara kamu yang sudah menonton drama series Yonimo Kimyona Kimi Monogatari atau Warotenka? Wakana Aoi juga memiliki drama terbaru tahun ini berjudul 3000 Yen : How to Enrich Life.

Detail Film

Judul              : Survival Family

Tahun             : 11 Februari 2017

Sutradara       : Shinobu Yaguchi

Romaji           : Sabaibaru Famiri


Sinopsis Survival Family

Sebuah gedung kantor bertingkat, para karyawan tengah sibuk dengan komputer mereka dan telepon yang tidak berhentinya berdering. Pemandangan biasa yang sering kita temui di kota Tokyo. Salah satu diantara karyawan kantor itu adalah Yoshiyuki Suzuki yang merupakan bintang utama dalam film ini. Yoshiyuki adalah kepala keluarga dengan 2 orang anak yang sudah menginjak remaja. Istrinya Mitsue bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa yang sibuk mengurus rumah. Hubungan keluarga mereka terlihat tidak begitu harmonis karena anak-anak yang suka mengeluh dan sibuk dengan urusan mereka sendiri. Sementara Yoshiyuki juga sibuk dengan pekerjaannya bahkan terkadang sampai membawa pekerjaan sampai ke rumah.

Malam itu, Mitsue kebingungan bagaimana cara mengolah ikan yang dikirim ayahnya dari sebuah desa bernama Kagoshima. Maklum saja, orang kota yang sudah terbiasa serba instan jadi kebingungan bagaimana cara membersihkan satu ekor ikan ukuran besar. Mitsue bahkan berencana memberikannya pada orang lain atau mungkin membuangnya jika masih tidak berani membersihkannya. Sementara anaknya juga mengeluhkan sayuran organik dari desa yang ada serangganya. Dari sini sudah terlihat bahwa mereka bukanlah tipe orang yang bisa berlama-lama tinggal di desa. Mitsue berpikir belum ada rencana pulang ke desa saat ayahnya bertanya kapan dia akan berkunjung.

Masalah dimulai. Suatu pagi, semua urusan menjadi kacau karena terjadi pemadan listrik. Mitsue tidak bisa membuat sarapan karena rice cooker tidak berfungsi. Anak-anak kesal karena ponsel mereka mati kehabisan batrai sehingga mereka tidak bisa checkout barang online atau sekedar chat dengan teman. Dan, Yoshiyuki juga harus jalan kaki ke kantor dengan jarak yang lumayan jauh karena tidak ada kereta yang beroperasi. Ternyata pemadaman listrik tidak hanya terjadi di lingkungan mereka, tetapi di seluruh kota. Hari itu semua kantor yang menggunakan perangkat komputer berhenti bekerja. Sekolah juga diliburkan, membuat anak sekolah bahagia setengah mati.

Awalnya mereka berpikir listrik akan segera menyala dan semuanya akan kembali normal. Namun mereka tidak pernah mendapatkannya. 3 hari, 1 minggu, 3 minggu, masih belum ada tanda-tanda listrik menyala. Kehidupan semakin kacau dan mengerikan. Pemandangan malam menjadi benar-benar gelap, transportasi tidak beroperasi, telepon tidak berfungsi, mesin air tidak menyala, sinyal tidak ada, mesin kasir tidak bekerja, industri berhenti beroperasi. Semua teknologi yang berhubungan dengan listrik lumpuh total. Itu belum seberapa. Yang paling mengerikan adalah orang-orang mulai kesulitan menemukan makanan dan air minum. Uang tidak ada artinya lagi karena yang diinginkan orang-orang adalah air dan makan. Mereka bahkan bisa menukar sekoper uang dengan satu botol minum.

Dalam kondisi yang begitu kacau dan melelahkan, hanya ada satu harapan tersisa, yaitu kembali ke desa. Begitu juga dengan keluarga Yoshiyuki. Mereka mengemas barang-barang dan siap-siap untuk pergi ke Kagoshima. Mereka mengendarai sepeda menuju bandara yang lokasinya cukup jauh. Tapi sampainya di bandara, mereka harus menelan ludah kecewa. Mereka melupakan sesuatu! Tidak ada layanan bandara, tidak ada pesawat beroperasi. Situasi semakin kacau dan panik. Apalagi yang bisa mereka lakukan agar bisa mendapatkan kembali kehidupan mereka yang normal. Yang jelas, tidak ada harapan lagi untuk tinggal di kota. Tapi bagaimana caranya ke desa Kagoshima yang jaraknya 850 mil dari kota? Sementara yang mereka miliki hanyalah sepeda?

Mau ga mau, suka ga suka, mereka harus memilih jalan tersebut. Dengan tekad yang kuat, mereka memutuskan menempuh jalan sejauh 850 mil menggunakan sepeda dengan mengandalkan sebuah peta kertas. Untuk bisa sampai ke Kagoshima di rumah keluarganya, mereka menghabiskan sekitar 108 hari. Kebayang ga sih apa yang mereka alami selama perjalanan sejauh itu. Melewati hutan, tersesat, terjatuh, kehujanan, kaki berjamur dan infeksi, dan kelelahan, kelaparan dan kehausan. Mereka melewati semua hal mengerikan yang mungkin terjadi. Lalu, berhasil kah mereka sampai ke Kagoshima dengan selamat? apakah kejadian ini mengubah hidup dan pola pikir mereka? Dan apa sebenarnya penyebab mati listrik di Tokyo yang terjadi sampai berbulan-bulan ini?

Bagi yang suka genre petualangan wajib banget sih nonton film survival family ini. Mungkin ada yang berpikir bahwa mati listrik bukanlah masalah besar. Kalau 1 jam mungkin memang tidak begitu masalah ya, tapi bagaimana jika mati listrik terjadi selama berbulan-bulan? Kehidupan akan menjadi sangat kacau dan panik. Jadi bisa dibilang, Survival family ini memperlihatkan bagaimana pahitnya hidup yang dirasakan orang-orang perkotaan yang terlalu bergantung pada teknologi. Dengan menonton film ini kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga seperti memanfaatkan teknologi dengan bijak dan betapa pentingnya kemandirian dalam hidup.    


 


EmoticonEmoticon