Karakter/Pemain
Fumiyo
Kohinata (Yoshiyuki Suzuki)
Pecinta film maupun dorama
Jepang pasti sudah tidak asing dengan pria setengah baya ini karena memang
Fumiyo Kohinata telah banyak berakting di berbagai judul film dan dorama Jepang.
Di Survival Family, Fumiyo mengambil karakter sebagai Yoshiyuki Suzuki yang
merupakan seorang kepala keluarga. Kalau
dilihat-lihat memang kebanyakan aktingnya adalah sebagai seorang ayah.
Saya juga baru tau kalau
beliau juga bermain di Swing Girl
sebagai Yasumi Suzuki yang merupakan ayahnya si Tomoko. Lalu di film Haruko’s
Paranormal Laboratory, Fumiyo Kohinata juga mengambil peran sebagai ayah dari
Haruko. Ada banyak lagi judul lain yang pernah dimainkannya. Jika kamu
penasaran, bisa langsung cari biografinya di Google.
Eri
Fukatsu (Mitsue Suzuki)
Berikutnya ada karakter
Mitsue Suzuki yang merupakan istri dari Yoshiyuki Suzuki. Karakter ini
dimainkan oleh Eri Fukatsu yang telah memulai karirnya di dunia perfilman sejak
tahun 1988. Beliau hampir membintangi satu judul film atau acara televisi
setiap tahunnya. Namun, sejak tahun 2017 setelah Survival family ini, Eri
Fukatsu tampaknya tidak lagi aktif di dunia film, jadi mungkin ada banyak
diantara kamu yang tidak pernah melihatnya di film atau dorama Jepang terbaru.
Yuki
Izumisawa (Kenji Suzuki)
Kenji adalah anak
laki-laki dalam keluarga Suzuki yang telah menginjak bangku kuliah. Karakter
ini diperankan oleh Yuki Izumisawa, seorang aktor tampan muda kelahiran 1993 di
Jepang. Karirnya dimulai ketika dia mendapatkan peran dalam sebuah drama
keluarga berjudul Unmarried Family di tahun 2001 silam. Hingga kini Yuki bisa
dibilang masih aktif dalam dunia film dan drama Jepang. Terbaru, Yuki mengambil
peran dalam drama komedi Dear Detective: From Rampo With Love dan film In Love
and Deep Water yang rilis tahun 2023 ini.
Wakana
Aoi (Yui Suzuki)
Wakana Aoi juga mengambil peran dalam survival Family sebagai Yui yang merupakan anak perempuan di keluarga Suzuki. Yui adalah anak SMA dengan karakter suka mengeluh dan sedikit manja namun kejadian mengerikan membuatnya semakin mandiri dan memahami betapa pentingnya keluarga di hidupnya. Dibandingkan film, Wakana Aoi sebenarnya lebih banyak mengambil peran di serial drama Jepang. Mungkin ada diantara kamu yang sudah menonton drama series Yonimo Kimyona Kimi Monogatari atau Warotenka? Wakana Aoi juga memiliki drama terbaru tahun ini berjudul 3000 Yen : How to Enrich Life.
Detail Film
Judul : Survival Family
Tahun : 11 Februari 2017
Sutradara : Shinobu Yaguchi
Romaji : Sabaibaru Famiri
Sinopsis
Survival Family
Sebuah gedung kantor
bertingkat, para karyawan tengah sibuk dengan komputer mereka dan telepon yang
tidak berhentinya berdering. Pemandangan biasa yang sering kita temui di kota
Tokyo. Salah satu diantara karyawan kantor itu adalah Yoshiyuki Suzuki yang
merupakan bintang utama dalam film ini. Yoshiyuki adalah kepala keluarga dengan
2 orang anak yang sudah menginjak remaja. Istrinya Mitsue bekerja sebagai ibu
rumah tangga biasa yang sibuk mengurus rumah. Hubungan keluarga mereka terlihat
tidak begitu harmonis karena anak-anak yang suka mengeluh dan sibuk dengan
urusan mereka sendiri. Sementara Yoshiyuki juga sibuk dengan pekerjaannya
bahkan terkadang sampai membawa pekerjaan sampai ke rumah.
Malam itu, Mitsue kebingungan
bagaimana cara mengolah ikan yang dikirim ayahnya dari sebuah desa bernama
Kagoshima. Maklum saja, orang kota yang sudah terbiasa serba instan jadi
kebingungan bagaimana cara membersihkan satu ekor ikan ukuran besar. Mitsue
bahkan berencana memberikannya pada orang lain atau mungkin membuangnya jika
masih tidak berani membersihkannya. Sementara anaknya juga mengeluhkan sayuran
organik dari desa yang ada serangganya. Dari sini sudah terlihat bahwa mereka
bukanlah tipe orang yang bisa berlama-lama tinggal di desa. Mitsue berpikir
belum ada rencana pulang ke desa saat ayahnya bertanya kapan dia akan
berkunjung.
Masalah dimulai. Suatu
pagi, semua urusan menjadi kacau karena terjadi pemadan listrik. Mitsue tidak
bisa membuat sarapan karena rice cooker tidak berfungsi. Anak-anak kesal karena
ponsel mereka mati kehabisan batrai sehingga mereka tidak bisa checkout barang
online atau sekedar chat dengan teman. Dan, Yoshiyuki juga harus jalan kaki ke
kantor dengan jarak yang lumayan jauh karena tidak ada kereta yang beroperasi.
Ternyata pemadaman listrik tidak hanya terjadi di lingkungan mereka, tetapi di
seluruh kota. Hari itu semua kantor yang menggunakan perangkat komputer berhenti
bekerja. Sekolah juga diliburkan, membuat anak sekolah bahagia setengah mati.
Awalnya mereka berpikir
listrik akan segera menyala dan semuanya akan kembali normal. Namun mereka
tidak pernah mendapatkannya. 3 hari, 1 minggu, 3 minggu, masih belum ada
tanda-tanda listrik menyala. Kehidupan semakin kacau dan mengerikan.
Pemandangan malam menjadi benar-benar gelap, transportasi tidak beroperasi,
telepon tidak berfungsi, mesin air tidak menyala, sinyal tidak ada, mesin kasir
tidak bekerja, industri berhenti beroperasi. Semua teknologi yang berhubungan
dengan listrik lumpuh total. Itu belum seberapa. Yang paling mengerikan adalah
orang-orang mulai kesulitan menemukan makanan dan air minum. Uang tidak ada
artinya lagi karena yang diinginkan orang-orang adalah air dan makan. Mereka
bahkan bisa menukar sekoper uang dengan satu botol minum.
Dalam kondisi yang begitu
kacau dan melelahkan, hanya ada satu harapan tersisa, yaitu kembali ke desa.
Begitu juga dengan keluarga Yoshiyuki. Mereka mengemas barang-barang dan
siap-siap untuk pergi ke Kagoshima. Mereka mengendarai sepeda menuju bandara
yang lokasinya cukup jauh. Tapi sampainya di bandara, mereka harus menelan
ludah kecewa. Mereka melupakan sesuatu! Tidak ada layanan bandara, tidak ada
pesawat beroperasi. Situasi semakin kacau dan panik. Apalagi yang bisa mereka
lakukan agar bisa mendapatkan kembali kehidupan mereka yang normal. Yang jelas,
tidak ada harapan lagi untuk tinggal di kota. Tapi bagaimana caranya ke desa Kagoshima
yang jaraknya 850 mil dari kota? Sementara yang mereka miliki hanyalah sepeda?
Mau ga mau, suka ga suka,
mereka harus memilih jalan tersebut. Dengan tekad yang kuat, mereka memutuskan
menempuh jalan sejauh 850 mil menggunakan sepeda dengan mengandalkan sebuah
peta kertas. Untuk bisa sampai ke Kagoshima di rumah keluarganya, mereka
menghabiskan sekitar 108 hari. Kebayang ga sih apa yang mereka alami selama
perjalanan sejauh itu. Melewati hutan, tersesat, terjatuh, kehujanan, kaki
berjamur dan infeksi, dan kelelahan, kelaparan dan kehausan. Mereka melewati
semua hal mengerikan yang mungkin terjadi. Lalu, berhasil kah mereka sampai ke
Kagoshima dengan selamat? apakah kejadian ini mengubah hidup dan pola pikir
mereka? Dan apa sebenarnya penyebab mati listrik di Tokyo yang terjadi sampai
berbulan-bulan ini?
Bagi yang suka genre
petualangan wajib banget sih nonton film survival family ini. Mungkin ada yang
berpikir bahwa mati listrik bukanlah masalah besar. Kalau 1 jam mungkin memang
tidak begitu masalah ya, tapi bagaimana jika mati listrik terjadi selama
berbulan-bulan? Kehidupan akan menjadi sangat kacau dan panik. Jadi bisa
dibilang, Survival family ini memperlihatkan bagaimana pahitnya hidup yang
dirasakan orang-orang perkotaan yang terlalu bergantung pada teknologi. Dengan menonton film ini kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga seperti memanfaatkan teknologi dengan bijak dan betapa pentingnya kemandirian dalam hidup.
EmoticonEmoticon