“Pada
suatu hari, di suatu tempat, hiduplah seorang gadis..yang begitu cerewet dengan
segudang impiannya. Gadis itu sangat mengagumi sebuah istana megah yang berdiri
kokoh di balik gunung.”
Seorang
anak perempuan berlari kencang menuju suatu tempat yang dia yakini sebagai
sebuah istana. Sesampainya di tempat megah itu, si anak melihat istana dengan
bahagia karena keindahannya. Ia memiliki impian dimana ia kelak bisa berdansa
bersama dengan pangeran di dalam istana tersebut.
Gadis
kecil itu tiba-tiba berlari ke samping gerbang begitu mendengar ada mobil yang
hendak keluar. Ia mengintip ke dalam mobil dan ternyata yang ada di dalamnya
adalah papanya bersama seorang wanita.
Ia
kemudian tersenyum dan berlari menuju rumah. Di rumah, ia langsung mengatakan
kalau ia baru saja menemukan rahasia besar kepada ibunya yang tengah memasak
telur dadar. Ia berkata dengan sangat antusias.
“Sejak
bayi dulu, kamu memang sudah cerewet ya Jun.” ucap ibunya sambil merapikan
telur dadar dalam obento.
“Papa
baru saja keluar dari istana.” Ucap Jun dengan bahagia.
Ibunya
langsung diam begitu mendengarnya. “istana?”
Anthem of The Heart |
“Iya,
istana yang ada di gunung. Ternyata papa seorang pangeran. Sayangnya mama bukan
tuan putrinya.” Jun menceritakan apa yang dilihatnya tadi. “Tapi mama tidak
bisa ikut dansa karena sibuk memasak kan? Ah, jangan-jangan mama nenek
sihirnya, ya?” sambung Jun lagi.
“Tapi,
mama pasti nenek sihir baik hati. Soalnya, nenek sihir jahat itu lebih-” belum
sempat Jun menyambung perkataanya, tiba-tiba mamanya langsung memasukkan telur
dadar ke mulutnya yang tidak berhenti bicara.
“Jun,
kamu jangan membicarakan itu lagi. Jangan mengatakan itu pada siapapun. Jangan
pernah bicara lagi…selamanya.” Ucap mamanya lirih tanpa melihat ke arah Jun.
Lalu.
Sang pangeran yang tinggal di sana diusir oleh nenek sihir yang baik hati dan
kembali ke pelukan sang tua putri.
“Papa,
papa mau kemana?” ucap Jun kepada papanya yang selesai membereskan urusan
pengangkutan barang. Papanya hanya diam dan melihat ke dalam rumah. “Kalau papa
punya masalah dengan mama, biar Jun yang bantu kalian akur.” Tambah Jun.
“Jun,
kau ini benar-benar cerewet ya?” jawab papanya. “Semuanya kan, salahmu?”
papanya mengakhiri dan masuk ke mobil.
Air
mata Jun langsung berlinangan. Semua salahnya? Ia pergi ke gunung dan menangis
sendiri disana. “Siapa saja. Pangerannya Jun, tolong datang ke sini dan
selamatkan Jun.” isaknya.
Anthem of The Heart |
Tiba-tiba,
sebutir telur menggelinding di di atas kayu di sampingnya. Telur itu kemudian
berubah menjadi memiliki tangan, mata, kumis, dan memakai topi. “Hai, akulah
pangeranmu.” Ucap telur itu.
“Kenapa
yang datang malah telur? Bukannya pangeran?” jawab Jun dan kembali menangis.
“Aku
ini beneran pangeran lho?” bantah si telur. Ia kemudian berubah wujud menjadi
seorang pangeran lengkap dengan baju dan mahkota kebesaran.
“Pangerannya
Jun tidak mungkin licin dan bau kentut sepertimu!” Ucap Jun.
Pangeran
itu kembali menjadi telur lagi. “Duh, dasar gadis berlidah tajam.Kamu ini benar-benar
cerewet ya?”
Anthem of The Heart |
Jun
langsung menangis mendengar kata “cerewet” tersebut. Ternyata tidak hanya mama
dan papanya yang mengatakan dia cerewet, tetapi sebutir telurpun mengatakan hal
yang sama.
Telurpun
mengatakan kalau masa depan Jun akan mendapatkan segudang masalah karena sikap
cerewetnya tersebut. Jika Jun tidak mau itu terjadi, maka Jun harus mengunci
sikap cerewetnya.
Jika
Jun bisa mengunci kecerewetannya, maka suatu saat kelak Jun akan dipertemukan
dengan pangeran dan tinggal di istana impiannya. Tapi, jika Jun terus cerewet,
maka, baik istana ataupun pangeran akan hancur lebur layaknya kuning dan putih
telur yang hancur lebur saat dibuat orak-arik telur!
“Tidak
mau!” kata Jun. “Tapi, bagaimana bisa dikunci?”
Anthem of The Heart |
“Baiklah.
Sampai kecerewetanmu sembuh, maka akan kuritsleting mulutmu itu.” Ucap telur
dan kemudian meresleting mulut Jun hingga tertutup.***
Beberapa
tahun kemudian, terlihat seorang gadis yaitu Jun hendak mengunci pintu sebelum
berangkat ke sekolah.
Anthem of The Heart |
Si
sisi lain, seorang laki-laki berpakaian sekolah juga tengah asyik mengayuh
sepeda menuju sekolah. Tiba-tiba ia berhenti begitu telur warna-warni
menggelinding ke jalan. Ternyata telur-telur itu punya seorang bapak yang tidak
sengaja menjatuhkannya. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu langsung membantu si
bapak memungut telur.
Anthem of The Heart |
Bapak
itu mengatakan kalau di dalam telur itu terdapat kata-kata. Orang-orang bicara
banyak hal ke dalam telur tersebut dan mengucapkan keinginan mereka. Setelah
ditulis, telur kemudian digantung sebagai sesajen. Lelaki itu bingung apakah
benar-benar akan ada pengaruhnya atau tidak. Tapi ia tidak begitu yakin.
Di
dalam ruang kelas 2-2, tampak murid-murid tengah sibuk dengan urusannya
masing-masing, Jun Narase tampak menggambar sebutir telur, dan yang lainnya
sibuk membicarakan tentang PR, seragam, ataupun tentang bisbol.
Lelaki
yang tadi memungut telur di jalan juga baru saja masuk ke kelas.
“Selamat
pagi Taku, agak kesiangan nih?” ucap teman yang berada disampingnya. Yah,
lelaki yang tadi membantu bapak-bapak memungut telur itu bernama Taku.
Tiba-tiba
seorang laki-laki dewasa berteriak, “Nah, ayo kalian cepat duduk!”
Anthem of The Heart |
Dia
adalah Shimacho, guru di kelas tersebut. Ia kemudian menyebutkan
anggota-anggota Himpunan Program Penjangkauan yang sudah dia tetapkan sendiri.
Diantara anggota yang mereka tetapkan yaitu Takumi Sakagami, Jun Naruse, Daiki
Tasaki,dan Natsuki Nito. Semuanya memprotes dan tidak ingin menjadi anggota
Himpunan Program Penjangkauan, termasuk Jun Naruse.
Jun
Naruse berdiri dan berusaha untuk bicara meski terlihat sangat kesulitan.
“Aaa…ku..tidak mau..” ucapnya yang membuat semua murid di kelas melongo.
“Naruse,
dia ngomong?” ucap salah seorang murid. “ jadi, dia bisa ngomong, ya?” sahut
murid lainnya.
Anthem of The Heart |
“Tii…dak…,
mau.. jadi….ang.gota..him..punan..” Naruse kembali berusaha sekuat tenaga untuk
bicara hingga wajahnya berkeringat. Ia memegang perutnya dan berlari ke luar
ruang kelas.
Daiki
si bintang bisbol mengatakan kalau ia menyerahkan semuanya kepada Taku dan
tidak ingin terlibat dengan urusan Himpunan Program Penjangkauan.
Anthem of The Heart |
Taku
dan dua sahabatnya tengah main kartu di gudang (tempat nongkrongnya) sambil
mendengarkan lagu. Aizawa yang melihat Taku tampak tidak bersemangat mengatakan
kalau Takut tidak perlu memikirkan masalah Himpunan Program Penjangkauan karena
paling yang datang ke acaranya hanya kakek-nenek di komplek ini.
Taku
akhirnya memutuskan untuk protes menemui Shimacho ke ruang musik. Sampainya
disana tidak ada siapa-siapa. Ia masuk dan melihat telur di atas meja. “Telur
lagi. Memangnya sekarang Paskah kali, ya?” bisiknya.
Ia
kemudian duduk dan memainkan alat musik yang merdu dan memainkan lagu tentang
telur (tamago). Telur..telur…, biar
kupersembahkan telurnya. Biar kupersembahkan rangkaian kata-kata..telur..
Anthem of The Heart |
Naruse
dari luar ruangan terdiam dan terkesima mendengar lagu yang dinyanyikan oleh
Taku. Dari kejauhan, ia menatap Taku yang tengah bernyanyi.
Bersambung
ke Sinopsis Anime Anthem of the Heart Part 2
EmoticonEmoticon