Sunday, 11 September 2016

Sinopsis Anthem Of The Heart Part 1

“Pada suatu hari, di suatu tempat, hiduplah seorang gadis..yang begitu cerewet dengan segudang impiannya. Gadis itu sangat mengagumi sebuah istana megah yang berdiri kokoh di balik gunung.”
Seorang anak perempuan berlari kencang menuju suatu tempat yang dia yakini sebagai sebuah istana. Sesampainya di tempat megah itu, si anak melihat istana dengan bahagia karena keindahannya. Ia memiliki impian dimana ia kelak bisa berdansa bersama dengan pangeran di dalam istana tersebut. 
Anthem of The Heart
Gadis kecil itu tiba-tiba berlari ke samping gerbang begitu mendengar ada mobil yang hendak keluar. Ia mengintip ke dalam mobil dan ternyata yang ada di dalamnya adalah papanya bersama seorang wanita.
Ia kemudian tersenyum dan berlari menuju rumah. Di rumah, ia langsung mengatakan kalau ia baru saja menemukan rahasia besar kepada ibunya yang tengah memasak telur dadar. Ia berkata dengan sangat antusias.
“Sejak bayi dulu, kamu memang sudah cerewet ya Jun.” ucap ibunya sambil merapikan telur dadar dalam obento.
“Papa baru saja keluar dari istana.” Ucap Jun dengan bahagia.
Ibunya langsung diam begitu mendengarnya. “istana?”
Anthem of The Heart
“Iya, istana yang ada di gunung. Ternyata papa seorang pangeran. Sayangnya mama bukan tuan putrinya.” Jun menceritakan apa yang dilihatnya tadi. “Tapi mama tidak bisa ikut dansa karena sibuk memasak kan? Ah, jangan-jangan mama nenek sihirnya, ya?” sambung Jun lagi.
“Tapi, mama pasti nenek sihir baik hati. Soalnya, nenek sihir jahat itu lebih-” belum sempat Jun menyambung perkataanya, tiba-tiba mamanya langsung memasukkan telur dadar ke mulutnya yang tidak berhenti bicara.
“Jun, kamu jangan membicarakan itu lagi. Jangan mengatakan itu pada siapapun. Jangan pernah bicara lagi…selamanya.” Ucap mamanya lirih tanpa melihat ke arah Jun.
Lalu. Sang pangeran yang tinggal di sana diusir oleh nenek sihir yang baik hati dan kembali ke pelukan sang tua putri.
“Papa, papa mau kemana?” ucap Jun kepada papanya yang selesai membereskan urusan pengangkutan barang. Papanya hanya diam dan melihat ke dalam rumah. “Kalau papa punya masalah dengan mama, biar Jun yang bantu kalian akur.” Tambah Jun.
“Jun, kau ini benar-benar cerewet ya?” jawab papanya. “Semuanya kan, salahmu?” papanya mengakhiri dan masuk ke mobil.
Air mata Jun langsung berlinangan. Semua salahnya? Ia pergi ke gunung dan menangis sendiri disana. “Siapa saja. Pangerannya Jun, tolong datang ke sini dan selamatkan Jun.” isaknya. 
Anthem of The Heart
 Tiba-tiba, sebutir telur menggelinding di di atas kayu di sampingnya. Telur itu kemudian berubah menjadi memiliki tangan, mata, kumis, dan memakai topi. “Hai, akulah pangeranmu.” Ucap telur itu.
“Kenapa yang datang malah telur? Bukannya pangeran?” jawab Jun dan kembali menangis.
“Aku ini beneran pangeran lho?” bantah si telur. Ia kemudian berubah wujud menjadi seorang pangeran lengkap dengan baju dan mahkota kebesaran.
“Pangerannya Jun tidak mungkin licin dan bau kentut sepertimu!” Ucap Jun.
Pangeran itu kembali menjadi telur lagi. “Duh, dasar gadis berlidah tajam.Kamu ini benar-benar cerewet ya?”
Anthem of The Heart
Jun langsung menangis mendengar kata “cerewet” tersebut. Ternyata tidak hanya mama dan papanya yang mengatakan dia cerewet, tetapi sebutir telurpun mengatakan hal yang sama.
Telurpun mengatakan kalau masa depan Jun akan mendapatkan segudang masalah karena sikap cerewetnya tersebut. Jika Jun tidak mau itu terjadi, maka Jun harus mengunci sikap cerewetnya.
Jika Jun bisa mengunci kecerewetannya, maka suatu saat kelak Jun akan dipertemukan dengan pangeran dan tinggal di istana impiannya. Tapi, jika Jun terus cerewet, maka, baik istana ataupun pangeran akan hancur lebur layaknya kuning dan putih telur yang hancur lebur saat dibuat orak-arik telur!
“Tidak mau!” kata Jun. “Tapi, bagaimana bisa dikunci?”
Anthem of The Heart
 “Baiklah. Sampai kecerewetanmu sembuh, maka akan kuritsleting mulutmu itu.” Ucap telur dan kemudian meresleting mulut Jun hingga tertutup.***
Beberapa tahun kemudian, terlihat seorang gadis yaitu Jun hendak mengunci pintu sebelum berangkat ke sekolah. 
Anthem of The Heart
Si sisi lain, seorang laki-laki berpakaian sekolah juga tengah asyik mengayuh sepeda menuju sekolah. Tiba-tiba ia berhenti begitu telur warna-warni menggelinding ke jalan. Ternyata telur-telur itu punya seorang bapak yang tidak sengaja menjatuhkannya. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu langsung membantu si bapak memungut telur.

Anthem of The Heart
Bapak itu mengatakan kalau di dalam telur itu terdapat kata-kata. Orang-orang bicara banyak hal ke dalam telur tersebut dan mengucapkan keinginan mereka. Setelah ditulis, telur kemudian digantung sebagai sesajen. Lelaki itu bingung apakah benar-benar akan ada pengaruhnya atau tidak. Tapi ia tidak begitu yakin.

Di dalam ruang kelas 2-2, tampak murid-murid tengah sibuk dengan urusannya masing-masing, Jun Narase tampak menggambar sebutir telur, dan yang lainnya sibuk membicarakan tentang PR, seragam, ataupun tentang bisbol.
Lelaki yang tadi memungut telur di jalan juga baru saja masuk ke kelas.
“Selamat pagi Taku, agak kesiangan nih?” ucap teman yang berada disampingnya. Yah, lelaki yang tadi membantu bapak-bapak memungut telur itu bernama Taku. 
Tiba-tiba seorang laki-laki dewasa berteriak, “Nah, ayo kalian cepat duduk!”
Anthem of The Heart
Dia adalah Shimacho, guru di kelas tersebut. Ia kemudian menyebutkan anggota-anggota Himpunan Program Penjangkauan yang sudah dia tetapkan sendiri. Diantara anggota yang mereka tetapkan yaitu Takumi Sakagami, Jun Naruse, Daiki Tasaki,dan Natsuki Nito. Semuanya memprotes dan tidak ingin menjadi anggota Himpunan Program Penjangkauan, termasuk Jun Naruse. 
Jun Naruse berdiri dan berusaha untuk bicara meski terlihat sangat kesulitan. “Aaa…ku..tidak mau..” ucapnya yang membuat semua murid di kelas melongo. 
“Naruse, dia ngomong?” ucap salah seorang murid. “ jadi, dia bisa ngomong, ya?” sahut murid lainnya.
Anthem of The Heart
“Tii…dak…, mau.. jadi….ang.gota..him..punan..” Naruse kembali berusaha sekuat tenaga untuk bicara hingga wajahnya berkeringat. Ia memegang perutnya dan berlari ke luar ruang kelas.
Daiki si bintang bisbol mengatakan kalau ia menyerahkan semuanya kepada Taku dan tidak ingin terlibat dengan urusan Himpunan Program Penjangkauan.
Anthem of The Heart
Taku dan dua sahabatnya tengah main kartu di gudang (tempat nongkrongnya) sambil mendengarkan lagu. Aizawa yang melihat Taku tampak tidak bersemangat mengatakan kalau Takut tidak perlu memikirkan masalah Himpunan Program Penjangkauan karena paling yang datang ke acaranya hanya kakek-nenek di komplek ini.
Taku akhirnya memutuskan untuk protes menemui Shimacho ke ruang musik. Sampainya disana tidak ada siapa-siapa. Ia masuk dan melihat telur di atas meja. “Telur lagi. Memangnya sekarang Paskah kali, ya?” bisiknya. 
Ia kemudian duduk dan memainkan alat musik yang merdu dan memainkan lagu tentang telur (tamago). Telur..telur…, biar kupersembahkan telurnya. Biar kupersembahkan rangkaian kata-kata..telur..
Anthem of The Heart
Naruse dari luar ruangan terdiam dan terkesima mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Taku. Dari kejauhan, ia menatap Taku yang tengah bernyanyi.




EmoticonEmoticon