Monday, 19 September 2016

Sinopsis Boku Dake ga Inai Machi episode 7


Satoru melihat kembali ke sosok pria misterius itu. Pria itu kembali menyunggingkan senyuman liciknya dan kemudian pergi dari tempat itu.
Dia..
Satoru kembali mengingat semua kejadian itu. Tentang ibunya. Tentang sahabatnya, Kayo Hinazuki.
Ini tidak akan berakhir di sini. Masih ada yang harus kulakukan.
Satoru berhenti. Kembalilah…kembalilah..sekali lagi saja! kembalilah..Satoru berteriak yang membuat para polisi itu merasa heran dan mungkin menganggap Satoru aneh.
Semua gelap.
Pertama kali ia membuka mata, ia melihat tangan seekor patung beruang. Matanyapun menyebar ke sekeliling. Ia kembali ke saat dimana ia mengunjungi museum bersama Hinazuki. Ia tersenyum karena akhirnya dia bisa kembali. Dalam artian, dia memiliki kesempatan untuk merubahnya lagi. Ia bisa melihat Hinazuki tersenyum di sampingnya.
 “Aku senang karena aku sudah berani untuk datang ke sini.” Cecar Hinazuki.
“Aku benar-benar……bersyukur” balas Satoru. Mengingat betapa bersyukurnya dia bisa kembali ke masa ini.
“Kau bodoh, ya?” Hinazuki melihat Satoru dengan tatapan aneh.
Boku Dake ga Inai Machi
“Ya..” ucap Satoru sambil menangis haru dan senang.
Kali ini pasti. Kali ini pasti. Meski hanya sendiri atau nanti aku akan menjadi jelek, aku tidak akan menyesal. Karena jika aku gagal, aku tidak punya kesempatan lagi. Ini adalah pengulangan terakhirku. ***
Saat pulang dari museum, mereka bertemu dengan teman-teman yang lain. Kenya mengatakan apakah Satoru sudah membaca buku yang dia pinjamkan munggu lalu.
Boku Dake ga Inai Machi
“Buku karya Poe, laki-laki yang bertukar.”
Dengan agak bingung, Satoru mengatakan kalau ia belum membacanya. Buku itukah yang dimaksud Kenya waktu itu? Ternyata bukan kumpulan karangan miliki Hinazuki?
“Ceritanya sangat menarik. Saat pulang nanti, coba kau baca.” Ujar Kenya tersenyum.
Saat pulang, Satoru mendapati ibunya tengah memasak. Ia terdiam dan air matanya mengalir. Ia menangis terharu karena bisa kembali bertemu dengan ibunya. Ibunya hanya tampak bingung dengan kelakukan aneh Satoru. Tidak biasanya dia seperti ini.
29 Februari 1988.
Hari sebelum Kayo Hinazuki menjadi korban pertama dari kasus penculikan dan pembunuhan berantai. Hari ini aku sudah bertemu 3 kali dengannya. Hari ini aku akan lebih berhati-hati.
Dalam kelas, Satoru kembali meminta maaf kepada Kenya masalah buku itu. Ia mengatakan kalau sepertinya buku yang dipinjamkan Kenya hilang.
“Satoru, apa kita bisa berbicara sebentar di lorong?” tanya Kenya. “Jangan khawatir tentang bukunya. Itu memang tidak pernah ada.” Sambungnya.
Merekapun pergi ke lorong dan berbicara berdua.
“Satoru, biarkan aku mengatakan hal ini. Akhir-akhir ini, bagaimana ya? Kau menjadi orang yang serius…dan itu membuatku senang.” Kenya memulai pembicaraan itu. Tampaknya ia tau dengan perubahan sikap Satoru. Kenya juga mengatakan kalau ia lebih menyukai Satoru yang sekarang dibanding Satoru yang dulu, yang hanya pura-pura peduli.
Boku Dake ga Inai Machi
Satoru hanya menganga kaget mendengar pernyataan Kenya.
“Tapi, aku menginginkan sebuah jawaban yang terus menggangguku selama ini” Kenya melanjutkan. Kali ini tampak lebih sarius. “Satoru, sebenarnya, kau siapa?”
Pertanyaan itu benar-benar membuat Satoru terdiam seribu bahasa.
“Bagiku, kau terlihat seperti orang lain. Tidak. Lebih tepatnya kalau ada kepribadian lain yang tercampur di dalam dirimu.” Sambung Kenya. “Aku mulai menyadari perubahanmu saat kau mulai peduli pada Hinazuki.”
Kenya mengatakan kalau ia sebenarnya telah lama melihat luka memar pada Hinazuki, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. “Aku hanya bisa melihat dari kejauhan.” Kenya melanjutkan. “ Tapi kau mulai mencari tau masalah itu tepat di depan mataku. Begitu, seolah-olah ada Sesuatu yang merasuki tubuhmu yang membuatmu harus bertindak.” Kenya menatap ke arah Satoru dengan hikmat. “Satoru, siapa kau sebenarnya?”
Keringat Satoru mengalir saking kaget dan shock mendengar pernyataan Kenya itu.
“Aku….aku…adalah sekutu keadilan. Lebih tepatnya aku ingin seperti itu.” Jawab Satoru tidak begitu yakin.
Kenyata tertawa besar begitu mendengar jawaban Satoru. “Ternyata kau memang Satoru.”
Boku Dake ga Inai Machi
Saat itu, Kenya mengatakan kalau ia sebenarrnya juga ingin menjadi sekutu keadilan. Dia ingin membantu Satoru untuk membantu Hinazuki yang selalu di siksa ibunya.
Besok tanggal 1 maret. Hinazuki pasti akan aman selama dia tidak ditinggalkan sendiri di taman. Masalahnya adalah di tanggal 2 Maret, hari perayaan ulang tahun. Aku ingin agar kak Yuuki memiliki alibi.
Siang itu, Satoru pergi berkunjung ke rumah Kak Yuuki (Jun Shiratori) guna menggali beberapa informasi.
 “Hei, Kak Yuuki, apa kamar ayahmu ada di lantai satu?”

“Benar, menghadap ke jalan utama.” balas pria itu sambil memotong kertas. “Kenapa?”
“Tidak, aku hanya penasaran, apa kalau malam tidak berisik?”
“Tidak terlalu berisik, kok.”
Yosh. Satu lagi.“Kak Yuuki, apa kau sering bertemu dengan Hinazuki?”
Pria itu memutar mata. “kkk..kenapa?” ia terlihat agak bingung dan kemudian mengalihkan pembicaraan.
Boku Dake ga Inai Machi
Satoru kemudian pulang sambil berlari.
Dari reaksinya, sepertinya dia mendekati Hinazuki. Bukan karena sedang dimanfaatkan oleh penculiknya. Kak Yuuki, Tunggu aku, aku akan mencegah insiden itu.
Hari itu Hinazuki, Satoru, dan yang lainnya bermain di taman kanak-kanak. Dulu, ia hanya berdua dengan Hinazuki, namun hari ini mereka bermain bersama-sama dengan anak lainnya. Satoru berkata dalam hati kalau ia harus lebih hati-hati karena perubahan drastis ini. Kalau tidak, dia tidak akan bisa memprediksi kejadian yang akan terjadi tanggal 2 Maret.
Tanggal 1 Maret adalah hari X dan berlalu seperti dulu.
Saat merayakan pesta ulangtahun, Satoru pamit pergi ke luar rumah dengan alasan mengambil barang yang tertinggal di sekolah dan meninggalkan Hinazuki dan lain-lain dengan ibunya di rumah. Ibunya merasa aneh sampai-sampai Ibunya mengatakan apakah benda itu sangat penting sampai-sampai Satoru meninggalkan pesta ulangtahunnya.
Aku tau, kalau kali ini aneh, tapi aku tidak perlu memikirkannya.
Saat Satoru pergi, Kenya melihatnya dari kejauhan.
Satoru mengambil kertas yang sudah dia tulis dengan tulisan “akan ku bunuh kau.” Kemudian mengisinya dengan bati dan melemparnya ke dalam kamar ayah kak Yuuki.
Boku Dake ga Inai Machi
Dengan begitu, malam ini, keluarga Yuuki sudah memiliki alibi. Ternyata itulah maksud Satoru melakukan itu.
Setelah itu, ia juga membuntuti ibu Hinazuki. Satoru berkata dalam hati kalau ia harus menjauhkan ibu Hinazuki dari Hinazuki. Jika ibunya malam ini tidak ada, maka mungkin saja kejadian buruk pada Hinazuki akan bisa diatasi. Saat dia hendak membekap wanita itu, tiba-tiba Kenya datang dan menghentikannya.

“Tenanglah sedikit, Satoru. Kalau dia mati, bisa gawat.” Ucap Kenya. “Lebih parahnya, bagaimana kalau kau tidak bisa menolong siapapun setelah menyingkirkannya?”
Satoru terdiam. Ada benarnya juga yang dikatakan Kenya.
Kenya jujur mengatakan kalau dia terus mengikuti Satoru selama dua hari ini. “Kau terlihat putus asa saat mencoba menolong Hinazuki. Karena itu, aku pikir kau berada dalam bahaya.”
“Terimakasih Kenya.” Cecar Satoru lirih. “Tapi menurutku, hari ini adalah hari yang paling berbahaya bagi Hinazuki.”
Alis Kenya sedikit terangkat. “Sebelum kesini kau melakukan kegiatan melanggar, kan? Kenapa kau melakukan itu?”
Boku Dake ga Inai Machi
“Itu untuk alasan lain agar polisi datang ke rumah itu.”
Satoru kemudian berdiri dan memtuskan untuk kembali bergerak. Ia meminta bantuan Kenya untuk membuat polisi bertindak demi menghentikan siksaan ibu Hinazuki.
“Satoru, ini mungkin akan menyebabkan kehebohan.”
“Memang itu yang kuharapkan.” Balas Satoru yakin. Ia tidak peduli apakah ia akan dikurung nantinya. Karena menurutnya, itu akan lebih baik daripada Hinazuki mati. “Ayo kita lakukan.”
Selesai acara ulangtahun, Satoru mengantar HInazuki pulang ke rumahnya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Satoru tidak lupa membawa jaket dan sarung tangan.
“Hinazuki.” Ucap Satoru. “Sekarang aku mau menculikmu, apa itu boleh?”
“Kau bodoh ya?” balas Hinazuki.
“Ya, karena itulah, hanya ini yang terpikirkan olehku.”
Untuk sesaat Hinazuki hanya diam, tapi kemudian dia mulai bicara. “Boleh.”
Satoru kaget, kemudian tersenyum. “Sudah kuduga kau akan berbicara seperti itu.”
Satoru kemudian membawa Hinazuki ke bus yang sudah tidak dipakai. Disana juga ada Kenya yang sudah menunggu. Di dalam bus yang sudah tidak dipakai itu, mereka menyalakan lampu dan menjadikan tempat itu sebagai tempat persembunyian yang hebat. Setelah semua selesai, Satoru dan Kenya pamit pulang. Satoru mengatakan kalau mereka akan kembali tengah malam dan mengetuk pintu sebanyak 3 kali.
Boku Dake ga Inai Machi
Hinazuki mengerti dan mengucapkan terimkasih kepada Satoru dan Kenya.
Benar saja, tengah malam, Satoru diam-diam pergi ke bus/persembunyian itu dan membawakan makanan untuk Hinazuki. Merekapun makan mie mangkuk bersama.
“Aku berencana pergi kemah dengan Kenya dan yang lainnya saat musim panas. Kau ikutlah juga, Kayo.”
Hinazuki mengiyakan.
Pagi itu, Kenya membangunkan Hinazuki dan juga Satoru yang masih tidur dan mengajak Satoru cepat-cepat ke sekolah sebelum anak-anak lain datang.
3 Maret.
Saat makan siang Satoru dan Kenya membicarakan masalah itu.
Boku Dake ga Inai Machi
“Sejauh ini tak terjadi apa-apa. Bagaimana menurutmu?” tanya Kenya. “Apa ibunya Hinazuki sudah memanggil polisi?”
“Kurasa dia masih belum mencarinya.”
Kali ini. Hinazuki bersama kami, dan itu membuat tindakan dari ibunya dan pembunuh berubah. Apa yang terjadi setelah ini adalah misteri.
Malam itu, Hiromi juga ikut ke tempat persembunyian. Satoru mengatakan agar Hiromi tidak membicarakannya kepada anak-anak yang lain. Hiromi menanyakan bagaimana Satoru mengakhiri ini nantinya. Satoru dengan yakin mengatakan kalau dia akan bertanggungjawab apapun yang terjadi.
“Kalian bodoh ya?” Hinazuki  menyambung. “Jika aku bilang aku yang menghasut kalian dan kita semua bekerja sama, maka tidak akan ada yang disalahkan, bukan?”
Satoru, Hiromi dan Kenya melongo mendengar apa yang dikatakan Hinazuki. “Kau benar.”
Aku tak memikirkannya.
Satoru dan teman-temannya pergi dan tinggallah Hinazuki sendiri di tempat itu. Ketika Hinazuki tampak hendak tidur, tiba-tiba ada seorang pria yang masuk ke tempat persembunyian. Awalnya dia mengira orang itu adalah Satoru, tapi bukan. Pria itu…..,
Hinazuki membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara karena ketakutan.


EmoticonEmoticon