Satoru melihat kembali ke sosok pria misterius itu.
Pria itu kembali menyunggingkan senyuman liciknya dan kemudian pergi dari
tempat itu.
Dia..
Satoru kembali
mengingat semua kejadian itu. Tentang ibunya. Tentang sahabatnya, Kayo
Hinazuki.
Ini
tidak akan berakhir di sini. Masih ada yang harus kulakukan.
Satoru berhenti. Kembalilah…kembalilah..sekali lagi saja! kembalilah..Satoru
berteriak yang membuat para polisi itu merasa heran dan mungkin menganggap Satoru
aneh.
Semua gelap.
Pertama kali ia membuka mata, ia melihat tangan
seekor patung beruang. Matanyapun menyebar ke sekeliling. Ia kembali ke saat
dimana ia mengunjungi museum bersama Hinazuki. Ia tersenyum karena akhirnya dia
bisa kembali. Dalam artian, dia memiliki kesempatan untuk merubahnya lagi. Ia
bisa melihat Hinazuki tersenyum di sampingnya.
“Aku senang karena aku sudah berani untuk datang ke
sini.” Cecar Hinazuki.
“Aku benar-benar……bersyukur” balas Satoru. Mengingat
betapa bersyukurnya dia bisa kembali ke masa ini.
“Kau bodoh, ya?” Hinazuki melihat Satoru dengan
tatapan aneh.
Boku Dake ga Inai Machi |
“Ya..” ucap Satoru sambil menangis haru dan senang.
Kali ini pasti.
Kali ini pasti. Meski hanya sendiri atau nanti aku akan menjadi jelek, aku
tidak akan menyesal. Karena jika aku gagal, aku tidak punya kesempatan lagi.
Ini adalah pengulangan terakhirku. ***
Saat pulang dari museum, mereka bertemu dengan
teman-teman yang lain. Kenya mengatakan apakah Satoru sudah membaca buku yang
dia pinjamkan munggu lalu.
Boku Dake ga Inai Machi |
“Buku karya Poe, laki-laki yang bertukar.”
Dengan agak bingung, Satoru mengatakan kalau ia
belum membacanya. Buku itukah yang dimaksud Kenya waktu itu? Ternyata bukan
kumpulan karangan miliki Hinazuki?
“Ceritanya sangat menarik. Saat pulang nanti, coba
kau baca.” Ujar Kenya tersenyum.
Saat pulang, Satoru mendapati ibunya tengah memasak.
Ia terdiam dan air matanya mengalir. Ia menangis terharu karena bisa kembali
bertemu dengan ibunya. Ibunya hanya tampak bingung dengan kelakukan aneh
Satoru. Tidak biasanya dia seperti ini.
29 Februari 1988.
Hari sebelum
Kayo Hinazuki menjadi korban pertama dari kasus penculikan dan pembunuhan
berantai. Hari ini aku sudah bertemu 3 kali dengannya. Hari ini aku akan lebih
berhati-hati.
Dalam kelas, Satoru kembali meminta maaf kepada
Kenya masalah buku itu. Ia mengatakan kalau sepertinya buku yang dipinjamkan
Kenya hilang.
“Satoru, apa kita bisa berbicara sebentar di
lorong?” tanya Kenya. “Jangan khawatir tentang bukunya. Itu memang tidak pernah
ada.” Sambungnya.
Merekapun pergi ke lorong dan berbicara berdua.
“Satoru, biarkan aku mengatakan hal ini. Akhir-akhir
ini, bagaimana ya? Kau menjadi orang yang serius…dan itu membuatku senang.”
Kenya memulai pembicaraan itu. Tampaknya ia tau dengan perubahan sikap Satoru.
Kenya juga mengatakan kalau ia lebih menyukai Satoru yang sekarang dibanding
Satoru yang dulu, yang hanya pura-pura peduli.
Boku Dake ga Inai Machi |
Satoru hanya menganga kaget mendengar pernyataan
Kenya.
“Tapi, aku menginginkan sebuah jawaban yang terus
menggangguku selama ini” Kenya melanjutkan. Kali ini tampak lebih sarius. “Satoru,
sebenarnya, kau siapa?”
Pertanyaan itu benar-benar membuat Satoru terdiam
seribu bahasa.
“Bagiku, kau terlihat seperti orang lain. Tidak.
Lebih tepatnya kalau ada kepribadian lain yang tercampur di dalam dirimu.”
Sambung Kenya. “Aku mulai menyadari perubahanmu saat kau mulai peduli pada
Hinazuki.”
Kenya mengatakan kalau ia sebenarnya telah lama
melihat luka memar pada Hinazuki, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. “Aku
hanya bisa melihat dari kejauhan.” Kenya melanjutkan. “ Tapi kau mulai mencari
tau masalah itu tepat di depan mataku. Begitu, seolah-olah ada Sesuatu yang
merasuki tubuhmu yang membuatmu harus bertindak.” Kenya menatap ke arah Satoru
dengan hikmat. “Satoru, siapa kau sebenarnya?”
Keringat Satoru mengalir saking kaget dan shock
mendengar pernyataan Kenya itu.
“Aku….aku…adalah sekutu keadilan. Lebih tepatnya aku
ingin seperti itu.” Jawab Satoru tidak begitu yakin.
Kenyata tertawa besar begitu mendengar jawaban Satoru.
“Ternyata kau memang Satoru.”
Boku Dake ga Inai Machi |
Saat itu, Kenya mengatakan kalau ia sebenarrnya juga
ingin menjadi sekutu keadilan. Dia ingin membantu Satoru untuk membantu
Hinazuki yang selalu di siksa ibunya.
Besok tanggal 1
maret. Hinazuki pasti akan aman selama dia tidak ditinggalkan sendiri di taman.
Masalahnya adalah di tanggal 2 Maret, hari perayaan ulang tahun. Aku ingin agar
kak Yuuki memiliki alibi.
Siang itu, Satoru pergi berkunjung ke rumah Kak Yuuki
(Jun Shiratori) guna menggali beberapa informasi.
“Hei, Kak Yuuki, apa kamar ayahmu ada di lantai
satu?”
“Benar, menghadap ke jalan utama.” balas pria itu
sambil memotong kertas. “Kenapa?”
“Tidak, aku hanya penasaran, apa kalau malam tidak
berisik?”
“Tidak terlalu berisik, kok.”
Yosh. Satu lagi.“Kak
Yuuki, apa kau sering bertemu dengan Hinazuki?”
Pria itu memutar mata. “kkk..kenapa?” ia terlihat
agak bingung dan kemudian mengalihkan pembicaraan.
Boku Dake ga Inai Machi |
Satoru kemudian pulang sambil berlari.
Dari reaksinya,
sepertinya dia mendekati Hinazuki. Bukan karena sedang dimanfaatkan oleh
penculiknya. Kak Yuuki, Tunggu aku, aku akan mencegah insiden itu.
Hari itu Hinazuki, Satoru, dan yang lainnya bermain
di taman kanak-kanak. Dulu, ia hanya berdua dengan Hinazuki, namun hari ini
mereka bermain bersama-sama dengan anak lainnya. Satoru berkata dalam hati
kalau ia harus lebih hati-hati karena perubahan drastis ini. Kalau tidak, dia
tidak akan bisa memprediksi kejadian yang akan terjadi tanggal 2 Maret.
Tanggal 1 Maret
adalah hari X dan berlalu seperti dulu.
Saat merayakan pesta ulangtahun, Satoru pamit pergi
ke luar rumah dengan alasan mengambil barang yang tertinggal di sekolah dan
meninggalkan Hinazuki dan lain-lain dengan ibunya di rumah. Ibunya merasa aneh
sampai-sampai Ibunya mengatakan apakah benda itu sangat penting sampai-sampai
Satoru meninggalkan pesta ulangtahunnya.
Aku tau, kalau
kali ini aneh, tapi aku tidak perlu memikirkannya.
Saat Satoru pergi, Kenya melihatnya dari kejauhan.
Satoru mengambil kertas yang sudah dia tulis dengan
tulisan “akan ku bunuh kau.” Kemudian mengisinya dengan bati dan melemparnya ke
dalam kamar ayah kak Yuuki.
Boku Dake ga Inai Machi |
Dengan begitu,
malam ini, keluarga Yuuki sudah memiliki alibi.
Ternyata itulah maksud Satoru melakukan itu.
Setelah itu, ia juga membuntuti ibu Hinazuki. Satoru
berkata dalam hati kalau ia harus menjauhkan ibu Hinazuki dari Hinazuki. Jika
ibunya malam ini tidak ada, maka mungkin saja kejadian buruk pada Hinazuki akan
bisa diatasi. Saat dia hendak membekap wanita itu, tiba-tiba Kenya datang dan
menghentikannya.
“Tenanglah sedikit, Satoru. Kalau dia mati, bisa gawat.”
Ucap Kenya. “Lebih parahnya, bagaimana kalau kau tidak bisa menolong siapapun
setelah menyingkirkannya?”
Satoru terdiam. Ada benarnya juga yang dikatakan
Kenya.
Kenya jujur mengatakan kalau dia terus mengikuti
Satoru selama dua hari ini. “Kau terlihat putus asa saat mencoba menolong
Hinazuki. Karena itu, aku pikir kau berada dalam bahaya.”
“Terimakasih Kenya.” Cecar Satoru lirih. “Tapi
menurutku, hari ini adalah hari yang paling berbahaya bagi Hinazuki.”
Alis Kenya sedikit terangkat. “Sebelum kesini kau
melakukan kegiatan melanggar, kan? Kenapa kau melakukan itu?”
Boku Dake ga Inai Machi |
“Itu untuk alasan lain agar polisi datang ke rumah
itu.”
Satoru kemudian berdiri dan memtuskan untuk kembali
bergerak. Ia meminta bantuan Kenya untuk membuat polisi bertindak demi menghentikan
siksaan ibu Hinazuki.
“Satoru, ini mungkin akan menyebabkan kehebohan.”
“Memang itu yang kuharapkan.” Balas Satoru yakin. Ia
tidak peduli apakah ia akan dikurung nantinya. Karena menurutnya, itu akan
lebih baik daripada Hinazuki mati. “Ayo kita lakukan.”
Selesai acara ulangtahun, Satoru mengantar HInazuki
pulang ke rumahnya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Satoru tidak lupa
membawa jaket dan sarung tangan.
“Hinazuki.” Ucap Satoru. “Sekarang aku mau
menculikmu, apa itu boleh?”
“Kau bodoh ya?” balas Hinazuki.
“Ya, karena itulah, hanya ini yang terpikirkan
olehku.”
Untuk sesaat Hinazuki hanya diam, tapi kemudian dia
mulai bicara. “Boleh.”
Satoru kaget, kemudian tersenyum. “Sudah kuduga kau
akan berbicara seperti itu.”
Satoru kemudian membawa Hinazuki ke bus yang sudah
tidak dipakai. Disana juga ada Kenya yang sudah menunggu. Di dalam bus yang
sudah tidak dipakai itu, mereka menyalakan lampu dan menjadikan tempat itu
sebagai tempat persembunyian yang hebat. Setelah semua selesai, Satoru dan
Kenya pamit pulang. Satoru mengatakan kalau mereka akan kembali tengah malam
dan mengetuk pintu sebanyak 3 kali.
Boku Dake ga Inai Machi |
Hinazuki mengerti dan mengucapkan terimkasih kepada
Satoru dan Kenya.
Benar saja, tengah malam, Satoru diam-diam pergi ke
bus/persembunyian itu dan membawakan makanan untuk Hinazuki. Merekapun makan
mie mangkuk bersama.
“Aku berencana pergi kemah dengan Kenya dan yang
lainnya saat musim panas. Kau ikutlah juga, Kayo.”
Hinazuki mengiyakan.
Pagi itu, Kenya membangunkan Hinazuki dan juga
Satoru yang masih tidur dan mengajak Satoru cepat-cepat ke sekolah sebelum
anak-anak lain datang.
3 Maret.
Saat makan siang Satoru dan Kenya membicarakan
masalah itu.
Boku Dake ga Inai Machi |
“Sejauh ini tak terjadi apa-apa. Bagaimana menurutmu?”
tanya Kenya. “Apa ibunya Hinazuki sudah memanggil polisi?”
“Kurasa dia masih belum mencarinya.”
Kali ini.
Hinazuki bersama kami, dan itu membuat tindakan dari ibunya dan pembunuh
berubah. Apa yang terjadi setelah ini adalah misteri.
Malam itu, Hiromi juga ikut ke tempat persembunyian.
Satoru mengatakan agar Hiromi tidak membicarakannya kepada anak-anak yang lain.
Hiromi menanyakan bagaimana Satoru mengakhiri ini nantinya. Satoru dengan yakin
mengatakan kalau dia akan bertanggungjawab apapun yang terjadi.
“Kalian bodoh ya?” Hinazuki menyambung. “Jika aku bilang aku yang
menghasut kalian dan kita semua bekerja sama, maka tidak akan ada yang
disalahkan, bukan?”
Satoru, Hiromi dan Kenya melongo mendengar apa yang
dikatakan Hinazuki. “Kau benar.”
Aku tak
memikirkannya.
Satoru dan teman-temannya pergi dan tinggallah Hinazuki sendiri di tempat itu. Ketika Hinazuki tampak hendak tidur, tiba-tiba
ada seorang pria yang masuk ke tempat persembunyian. Awalnya dia mengira orang itu adalah Satoru, tapi bukan. Pria itu…..,
Hinazuki membekap mulutnya sendiri agar tidak
mengeluarkan suara karena ketakutan.
EmoticonEmoticon