Bulan tampak bersinar terang. Serang pria tampak masuk
ke dalam mobil itu. Awalnya Hinazuki menyangka orang itu adalah Satoru, tapi
bukan. Orang itu menendang kardus dengan agak keras. Hinazuki berusaha membekap
mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara. Ia mengintip dari jendela
persembunyian.
Pagi itu ibu Satoru sengaja masak pagi-pagi sekali
karena Satoru mengatakan kalau ia akan ke sekolah agak pagi hari ini. Ia pun
makan dengan terburu-buru.
“Satoru, apa ibu boleh menanyakan sesuatu?”
Silahkan. Jawab Satoru sambil meneruskan makannya.
“Dengan siapa dan apa yang kamu lakukan pagi-pagi
begini?”
“Rahasia.” Jawab Satoru.
“Kamu tidak melakukan hal yang buruk, kan,?” tanya
ibunya tampak curiga.
Satoru meyakinkan kalau ia tidak melakukan hal yang
buruk. Ibunya sedikit lebih tenang. Sebelum berangkat, ibunya menyerahkan
sekotak bekal untuk dimakan Satoru nantinya.
Sampainya di tempat persembunyian, dia memberikan
bekal itu kepada Hinazuki sebagai sarapan pagi.
“Maaf ya Kayo, mungkin kau sedikit bosan. Seandainya
saja di sini ada TV.”
“Tidak apa-apa. Hiromi membawa banyak buku yang
menarik kemaren.” Jawab Hinazuki meyakinkan.
Satoru juga mengatakan kalau Hinazuki mungkin hanya
perlu melewati ini satu hingga dua hari lagi. Setelah beberapa lama disana,
Satoru pamit untuk kesekolah dan berjanji akan mengunjungi Hinazuki lagi nanti.
Hinazuki mendapatkan secarik kertas dalam bungkusan
bekal makan yang diberikan Satoru.
Aku memasukkan
makanan kesukaan anakku-Sachiko Fujinuma.
Ternyata Ibunya Satoru tau kalau Satoru tengah
menyembunyikan Hinazuki.
Saat berlari ke sekolah, Satoru berpapasan dengan
Aya Nakanishi yang merupakan salah satu anak yang menjadi korban penculikan dan
pembunuhan. Tapi Satoru tidak menyadarinya.
“Hari ini Kayo juga tidak masuk, ya?” tanya Yashiro,
wali kelas mereka.
Salah seorang temannya bertanya kepada Satoru apakah
Satoru melihat Hinazuki. Satoru berbohong dan mengatakan kalau ia tidak
melihatnya. Tadi pagi dia juga ke rumah Hinazuki tapi tidak ada siapa-siapa.
“Mungkin dia demam.” Balas teman Satoru yang lain.
“Ya, rasanya semakin aneh karena pihak sekolah belum
menghubunginya.” Cecar Kenya.
Saat jam istirahat, wali kelasnya, Yashiro
menanyakan hal yang sama, tentang Hinazuki. Kenapa Satoru terlihat tenang,
padahal Hinazuki mengilang. Satoru mengatakan kalau di saat seperti ini kita
harus tetap tenang.
Wali kelasnya membenarkan. “Kemarin dan hari ini aku
berusaha menghubungi keluarga Kayo, tapi tidak ada jawaban. Aku juga sudah
menghubungi tempat kerja ibunya, tapi hari ini dia tidak bekerja.”
Ini saatnya.
“Pak guru, apa bapak mau menelpon polisi atau komisi perlindungan anak?” tanya
Satoru.
Yashiro mengatakan kalau dia telah menghubungi
komisi perlindungan anak. Mungkin nanti akan ada sedikit kericuhan di rumah
Hinazuki. Satoru merasa senang mendengar info itu. Itulah info yang ingin dia
dengar.
Benar saja. Malam itu, sebanyak 3 orang dewasa
datang mengunjungi rumah Hinazuki. Dua orang dari perlindungan anak dan yang
satunya adalah Yashiro, wali kelas mereka. Mereka telah berkali-kali memanggil
tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. Merekapun memutuskan untuk masuk lewat
pintu belakang.
Begitu masuk, mereka melihat ada sisa makanan dan
api penghangat ruangan yang masih menyala. Salah satu dari mereka menyimpulkan
kalau ibu Hinazuki mungkin melarikan diri lewat balkon. Mereka memutuskan untuk
pergi, agar Ibu hinazuki mengira kalau mereka sudah menyerah dan kembali lagi
ke rumah. Satoru mengintip mereka dari luar rumah.
Satoru menceritakan kepada Hinazuki kedatangan
Yashiro bersama komisi perlindungan anak ke rumahnya.
“Mungkin masalah ini akan selesai hari ini atau
besok.”
“Kayo, tapi kau akan terpisah dari ibumu.” Ucap Satoru.
“Tidak ada yang bisa membuatku lebih bahagia dari
itu.” jawab Hinazuki yakin.
Saat Kayo Hinazuki
mendapat perlindungan, kami tau kalau kami takkan bisa bertemu dengannya lagi.
“Satoru, ini sedikit terlambat.” Hinazuki mengambil
sesuatu dari dalam tasnya. “Ini hadiah ulang tahunmu.”
Satoru merasa senang dan berterimakasih. Ia ingat
kejadian dimana Hinazuki berjanji untuk memberikan hadiah tapi itu tidak pernah
terjadi karena Hinazuki menghilang keesokan harinya. Dia telah berhasil merubah
itu semua.
Saat ini, aku
merasa..aku merasa seperti sudah menunggu lama.
Tak terasa, air mata Satoru berjatuhan.
Hinazuki menyuruh Satoru untuk menginap dengannya
malam ini karena tadi malam ada seseorang yang datang dan membuatnya takut. Hinazuki
memperlihatkan tas yang tertinggal oleh orang yang datang itu.
Satoru dan Kenya menerka-nerka, apakah orang itu
petugas kebersihan? Atau orang lain?
“Karena dia menendang kardus, kurasa dia sedang
marah.” Cecar Hinazuki.
Merekapun mengeluarkan isi tas. Ada tali, lakban,
alat penyemprot, senter, sepatu bot, sarung tangan dan beberapa alat lain.
“Apa ini?”
Tanya Kenya penasaran.
Satoru terperanjak kaget. Keringat bercucuran di
wajahnya.
Hanya aku yang
paham kegunaan alat-alat ini. Dan, aku menyadari kalau korban kedua dari kasus
pembunuhan berantai ini yaitu Aya Nakanishi, siswi dari SD Izumi.
***
Satoru mengingat lagi kejadian yang terjadi 18 tahun
yang lalu.
Kayo Hinazuki
diculik dari gudang rumahnya. Jejak kaki yang ditinggalkan sangat cocok dengan
jejak dari sepatu karet yang dimiliki oleh keluarga Shiratori. Pembunuh
menggunakan semprotan untuk membuat Hinazuki cepat membeku. Lalu, mengembalikan
tubuhnya sebelum matahari terbit di gudang.
Alat-alat yang digunakan pembunuh itu tengah mereka
lihat saat ini. Alat-alat yang tadinya digunakan untuk membunuh Kayo Hinazuki.
“Kita harus keluar dari tempat ini.” Ucap Satoru.
“Ya, kau benar.” Balas Kenya. Kenya mengatakan kalau
ia rasa ada yang mencurigakan dari benda-benda itu. “Satoru, apa kau memiliki
rencana cadangan?”
Satoru tersenyum, “Ada.”
Saat kami harus
menjauhkan Hinazuki dari putaran kematian, Komisi Perlindungan anakpun juga
telah bergerak. Tergantung tindakan kami, masa depan pasti berubah.
Ini pasti akan berhasil.
Merekapun beranjak pergi dari tempat itu. Rencana
Satoru ternyata adalah membawa mereka ke rumahnya. Awalnya ibu Satoru kaget,
namun akhirnya dia mengerti karena sedikit tidaknya dia sudah tau dari awal.
Dia juga bahkan sudah membuat banyak Kari untuk dimakan.
Malam itu, Yashiro menelpon ke ibunya Satoru dan ia
bersyukur saat ibu Satoru mengatakan kalau Satoru sudah pulang bersama
Hinazuki.
“Apa Kayo akan dikirim ke panti asuhan?” tanya Ibu
Satoru.
Yashiro mengatakan bukan, tapi ia memiliki gambaran
tentang itu. Ia mengajak ibu Satoru untuk bertemu dengannya besok pagi jam 7.
Malam itu, Ibu Satoru mengajak Hinazuki mandi
bersama. Setelah itu Hinazuki dikenakan piyama baru dari Ibu Satoru. Paginya,
Ibu Satoru telah menyiapkan sarapan spesial untuk mereka. Hinazuki menangis
karena teringat dengan bagaimana ibunya memperlakukannya, jauh berbeda dengan
sikap ibu Satoru.
Ibu Satoru memegang pundaknya dan menenangkannya dengan penuh
kasih sayang.
Pagi itu, Ibu Hinazuki justru tampak marah-marah dan
menghancurkan barang-barang di kamar Hinazuki. Ia kemudian dengan cepat lari ke
depan rumah begitu mendengar Hinazuki memanggil. Ia membukakan pintu dan
melihat Hinazuki di depan matanya.
“Kayo. Darimana saja kau beberapa hari ini?” teriak
ibunya. “Dasar!” ia hendak melayangkan pukulan kearah Hinazuki, namun ia
mengurungkannya begitu melihat Satoru bersama ibunya datang.
Bersambung ke Sinopsis Boku Dake ga Inai Machi Episode 9
EmoticonEmoticon