Monday, 19 September 2016

Sinopsis Boku Dake ga Inai Machi episode 8


Bulan tampak bersinar terang. Serang pria tampak masuk ke dalam mobil itu. Awalnya Hinazuki menyangka orang itu adalah Satoru, tapi bukan. Orang itu menendang kardus dengan agak keras. Hinazuki berusaha membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara. Ia mengintip dari jendela persembunyian.
Pagi itu ibu Satoru sengaja masak pagi-pagi sekali karena Satoru mengatakan kalau ia akan ke sekolah agak pagi hari ini. Ia pun makan dengan terburu-buru.
“Satoru, apa ibu boleh menanyakan sesuatu?”
Silahkan. Jawab Satoru sambil meneruskan makannya.
“Dengan siapa dan apa yang kamu lakukan pagi-pagi begini?”
“Rahasia.” Jawab Satoru.
“Kamu tidak melakukan hal yang buruk, kan,?” tanya ibunya tampak curiga.
Satoru meyakinkan kalau ia tidak melakukan hal yang buruk. Ibunya sedikit lebih tenang. Sebelum berangkat, ibunya menyerahkan sekotak bekal untuk dimakan Satoru nantinya.
Sampainya di tempat persembunyian, dia memberikan bekal itu kepada Hinazuki sebagai sarapan pagi.
“Maaf ya Kayo, mungkin kau sedikit bosan. Seandainya saja di sini ada TV.”
“Tidak apa-apa. Hiromi membawa banyak buku yang menarik kemaren.” Jawab Hinazuki meyakinkan.
Satoru juga mengatakan kalau Hinazuki mungkin hanya perlu melewati ini satu hingga dua hari lagi. Setelah beberapa lama disana, Satoru pamit untuk kesekolah dan berjanji akan mengunjungi Hinazuki lagi nanti.
Hinazuki mendapatkan secarik kertas dalam bungkusan bekal makan yang diberikan Satoru.
Aku memasukkan makanan kesukaan anakku-Sachiko Fujinuma.
Ternyata Ibunya Satoru tau kalau Satoru tengah menyembunyikan Hinazuki.
Saat berlari ke sekolah, Satoru berpapasan dengan Aya Nakanishi yang merupakan salah satu anak yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Tapi Satoru tidak menyadarinya.
“Hari ini Kayo juga tidak masuk, ya?” tanya Yashiro, wali kelas mereka. 
Salah seorang temannya bertanya kepada Satoru apakah Satoru melihat Hinazuki. Satoru berbohong dan mengatakan kalau ia tidak melihatnya. Tadi pagi dia juga ke rumah Hinazuki tapi tidak ada siapa-siapa.
“Mungkin dia demam.” Balas teman Satoru yang lain.
“Ya, rasanya semakin aneh karena pihak sekolah belum menghubunginya.” Cecar Kenya.
Saat jam istirahat, wali kelasnya, Yashiro menanyakan hal yang sama, tentang Hinazuki. Kenapa Satoru terlihat tenang, padahal Hinazuki mengilang. Satoru mengatakan kalau di saat seperti ini kita harus tetap tenang.
Wali kelasnya membenarkan. “Kemarin dan hari ini aku berusaha menghubungi keluarga Kayo, tapi tidak ada jawaban. Aku juga sudah menghubungi tempat kerja ibunya, tapi hari ini dia tidak bekerja.”
Ini saatnya. “Pak guru, apa bapak mau menelpon polisi atau komisi perlindungan anak?” tanya Satoru.
Yashiro mengatakan kalau dia telah menghubungi komisi perlindungan anak. Mungkin nanti akan ada sedikit kericuhan di rumah Hinazuki. Satoru merasa senang mendengar info itu. Itulah info yang ingin dia dengar.
Benar saja. Malam itu, sebanyak 3 orang dewasa datang mengunjungi rumah Hinazuki. Dua orang dari perlindungan anak dan yang satunya adalah Yashiro, wali kelas mereka. Mereka telah berkali-kali memanggil tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. Merekapun memutuskan untuk masuk lewat pintu belakang.
 
Begitu masuk, mereka melihat ada sisa makanan dan api penghangat ruangan yang masih menyala. Salah satu dari mereka menyimpulkan kalau ibu Hinazuki mungkin melarikan diri lewat balkon. Mereka memutuskan untuk pergi, agar Ibu hinazuki mengira kalau mereka sudah menyerah dan kembali lagi ke rumah. Satoru mengintip mereka dari luar rumah.
Satoru menceritakan kepada Hinazuki kedatangan Yashiro bersama komisi perlindungan anak ke rumahnya.
“Mungkin masalah ini akan selesai hari ini atau besok.”
“Kayo, tapi kau akan terpisah dari ibumu.” Ucap Satoru. 
 “Tidak ada yang bisa membuatku lebih bahagia dari itu.” jawab Hinazuki yakin.
Saat Kayo Hinazuki mendapat perlindungan, kami tau kalau kami takkan bisa bertemu dengannya lagi.
“Satoru, ini sedikit terlambat.” Hinazuki mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Ini hadiah ulang tahunmu.”
Satoru merasa senang dan berterimakasih. Ia ingat kejadian dimana Hinazuki berjanji untuk memberikan hadiah tapi itu tidak pernah terjadi karena Hinazuki menghilang keesokan harinya. Dia telah berhasil merubah itu semua.
Saat ini, aku merasa..aku merasa seperti sudah menunggu lama. Tak terasa, air mata Satoru berjatuhan.
Hinazuki menyuruh Satoru untuk menginap dengannya malam ini karena tadi malam ada seseorang yang datang dan membuatnya takut. Hinazuki memperlihatkan tas yang tertinggal oleh orang yang datang itu.
Satoru dan Kenya menerka-nerka, apakah orang itu petugas kebersihan? Atau orang lain?
“Karena dia menendang kardus, kurasa dia sedang marah.” Cecar Hinazuki.
Merekapun mengeluarkan isi tas. Ada tali, lakban, alat penyemprot, senter, sepatu bot, sarung tangan dan beberapa alat lain.
 “Apa ini?” Tanya Kenya penasaran.
Satoru terperanjak kaget. Keringat bercucuran di wajahnya.
Hanya aku yang paham kegunaan alat-alat ini. Dan, aku menyadari kalau korban kedua dari kasus pembunuhan berantai ini yaitu Aya Nakanishi, siswi dari SD Izumi. ***
Satoru mengingat lagi kejadian yang terjadi 18 tahun yang lalu.
Kayo Hinazuki diculik dari gudang rumahnya. Jejak kaki yang ditinggalkan sangat cocok dengan jejak dari sepatu karet yang dimiliki oleh keluarga Shiratori. Pembunuh menggunakan semprotan untuk membuat Hinazuki cepat membeku. Lalu, mengembalikan tubuhnya sebelum matahari terbit di gudang.
Alat-alat yang digunakan pembunuh itu tengah mereka lihat saat ini. Alat-alat yang tadinya digunakan untuk membunuh Kayo Hinazuki.


“Kita harus keluar dari tempat ini.” Ucap Satoru.
“Ya, kau benar.” Balas Kenya. Kenya mengatakan kalau ia rasa ada yang mencurigakan dari benda-benda itu. “Satoru, apa kau memiliki rencana cadangan?”
Satoru tersenyum, “Ada.”
Saat kami harus menjauhkan Hinazuki dari putaran kematian, Komisi Perlindungan anakpun juga telah bergerak. Tergantung tindakan kami, masa depan pasti berubah. Ini pasti akan berhasil.
Merekapun beranjak pergi dari tempat itu. Rencana Satoru ternyata adalah membawa mereka ke rumahnya. Awalnya ibu Satoru kaget, namun akhirnya dia mengerti karena sedikit tidaknya dia sudah tau dari awal. Dia juga bahkan sudah membuat banyak Kari untuk dimakan.
Malam itu, Yashiro menelpon ke ibunya Satoru dan ia bersyukur saat ibu Satoru mengatakan kalau Satoru sudah pulang bersama Hinazuki.
“Apa Kayo akan dikirim ke panti asuhan?” tanya Ibu Satoru.
Yashiro mengatakan bukan, tapi ia memiliki gambaran tentang itu. Ia mengajak ibu Satoru untuk bertemu dengannya besok pagi jam 7.
Malam itu, Ibu Satoru mengajak Hinazuki mandi bersama. Setelah itu Hinazuki dikenakan piyama baru dari Ibu Satoru. Paginya, Ibu Satoru telah menyiapkan sarapan spesial untuk mereka. Hinazuki menangis karena teringat dengan bagaimana ibunya memperlakukannya, jauh berbeda dengan sikap ibu Satoru. 
Ibu Satoru memegang pundaknya dan menenangkannya dengan penuh kasih sayang.
Pagi itu, Ibu Hinazuki justru tampak marah-marah dan menghancurkan barang-barang di kamar Hinazuki. Ia kemudian dengan cepat lari ke depan rumah begitu mendengar Hinazuki memanggil. Ia membukakan pintu dan melihat Hinazuki di depan matanya.
“Kayo. Darimana saja kau beberapa hari ini?” teriak ibunya. “Dasar!” ia hendak melayangkan pukulan kearah Hinazuki, namun ia mengurungkannya begitu melihat Satoru bersama ibunya datang.



EmoticonEmoticon